Kemal si Blogger Iseng

show them all you're not the ordinary type

The Conjuring Legion (Part 4 : Kejadian Itu)


(Zico)

Aku menaruh Gundam RX-78 di rak. Itu adalah figurin Gundam pertama yang kudapat setelah menabung sekian lama. Tentu saja aku kesal ketika dua orang bodoh itu merusaknya.

Kubetulkan posisinya beberapa kali sampai aku yakin dia sudah terlihat gagah. Setelah itu, aku berpaling ke bagian-bagian Gundam Strike Freedom yang masih berserakan di lantai. Aku tidak sempat menyelesaikannya karena Pak Moes tiba-tiba muncul dari kamar mandiku dan membuatku hampir terkena sakit jantung.

Aku terlalu lelah untuk melanjutkannya. Aku berbaring ke tempat tidur dan mencoba memikirkan semua hal aneh yang terjadi hari ini.

Pertama, Pak Moes yang kukenal namanya sebagai warung mie goreng tiba-tiba muncul di kamar mandi dan memberiku kekuatan super. Aneh.

Kedua,aku dan empat orang yang belum terlalu kukenal tiba-tiba harus melawan orang-orang berkekuatan super juga dan kini harus menyelamatkan dunia. Lebih aneh.

Tapi yang memenuhi kepalaku adalah saat Pak Moes menyebut nama Tori. Cinta pertamaku.

Saat itu juga aku terbayang ke masa lalu. Saat aku pertama kali melihatnya. Aku sekelas dengan dia di tahun-tahun pertama kuliah. Awalnya biasa saja, tapi makin lama kami makin dekat karena sering mengobrol dan berdiskusi dalam satu kelompok.

Lalu aku melakukan kesalahan itu. Kesalahan besar. . .

“Kesalahan apa?”

“AAHH.” Aku kaget sampai terjatuh dari tempat tidur.

“I...ini aku, Niko.”

“Niko?” Aku melihat ke sekeliling kamarku, “Dimana kau?”

“Ngg, aku disini.”

“Dimana??”

“Oh ya ampun, aku tidak kelihatan? Sebentar.”

Sesaat kemudian, Niko terlihat sedang berdiri di depan pintu kamarku dengan muka bersalah. “Maaf, aku belum terlalu bisa mengendalikan kekuatanku. Eh, tapi kenapa kau bisa mendengarku, aku cukup yakin kalau aku menghilang suaraku tak bisa didenga. . .”

Aku memotong kata-kata, “Apa yang kau lakukan disini?”

“Oh, anu begini, aku ingin numpang menginap malam ini.”

“Kenapa?”

“Rumahku sudah dikunci dan aku tidak bisa masuk. Lalu aku melihatmu di jalan. Jadi aku mengikutimu ke sini. Ibumu bilang langsung naik aja.”

Kurasa ibuku terlalu akrab dengan orang asing. “Ya sudahlah, kau bisa tidur di bawah. Biar kubereskan sebentar.”

“Robot yang keren. . .” kata Niko sambil bantu membereskan.

“Ini bukan sekedar robot,” kataku tersinggung, “ini Gundam Strike Freedom. Gundam milik Kira Yamato yang didesain untuk lebih menyerang daripada bertahan. Kau tahu kan, Kira itu payah dalam menyerang. Karena itu, dia mempunyai EQFU-3X Super DRAGOON Mobile Weapon Wing. . .”

“Oke oke, dia adalah robot yang hebat. . .” potong Niko.

Aku sedikit merengut, tapi memang percuma bicara Gundam dengan orang yang tidak mengerti, mereka pasti bingung betapa rumitnya dunia Gundam. Mungkin karena itu juga aku sulit mendapat pacar. Yah, kecuali Tori. . .

“Jadi. . .kesalahan apa?”

“Hah?”

“Yah, saat aku masuk, kau menggumam tentang kesalahan. . .”

“Kau mendengarnya? Aku kan memikirkan itu dalam hati.”

“Sebenarnya, kau bicara cukup keras seperti orang yang sedang merapal mantra.”

Aku bersandar ke dinding, menghela nafas. Jika Niko akan menjadi teman dalam tim, kurasa aku sebaiknya jujur saja.

“Aku memikirkan Tori,” kataku.

“Tori? Aku dengan Pak Moes menyebut namanya ketika membujukmu. Siapa dia?”

Kuhela nafas, “Dia. . .mantanku.”

Niko diam. Kurasa dia tidak biasa menghadapi situasi seperti ini. Aku melanjutkan bicara.

“Dia cantik sekali. Aku selalu membayangkannya sebagai MS Girls.”

“MS apa?”

“MS Girls. Cewek yang memakai armor gundam. Ah sudahlah. Intinya, kami sangat mesra. . . sampai kejadian itu.”

Niko menunggu sebentar. “Kejadian apa?”

Untuk sesaat aku mau menceritakan peristiwa itu, tapi kemudian aku berubah pikiran. Aku masih merasa bersalah. “Pokoknya, sekarang aku dan dia putus. Kami sudah tidak bertemu sangat lama. Makanya aku kaget tiba-tiba Tori ikut turnamen bunuh-bunuhan itu.”

“Hoo,” Niko mengangguk-angguk. “Jadi, dimana dia sekarang?”

“Entahlah, tapi yang jelas dia tidak akan muncul di depan pintu rumahku kan? Hahaha.”

Aku dan Niko tertawa sejenak, sampai tiba-tiba ibuku masuk ke kamar, “Zic, ada si Tori tuh di depan pintu rumah.”

Untunglah kau tidak melihat ekspresiku ketika ibuku membawa kabar itu. Mulutku terbuka sangat lebar sampai-sampai mungkin aku bisa memasukkan satu gundam ke sana.

Seharusnya aku senang jika itu benar-benar Tori, sudah lama sekali kami tidak bertemu. Tapi justru sekarang aku sengat nervous.

“Yee kok diam. Sana pergi, kasian cewek nunggu malam-malam,” kata ibuku.

“A...apa aku harus ikut?” tanya Niko.

“Tidak.” Aku berdiri dan pergi ke luar. Selama berjalan ke depan, aku menghirup nafas dalam-dalam untuk menghilangkan ketegangan.

Aku sudah mengalahkan orang berotot dan orang yang bisa meledakkan banyak hal malam ini. Tentu saja menghadapi sati cewek akan lebih mudah.

Aku salah. Ketika aku melihat Tori tersenyum menungguku, rasanya badanku jadi lemas. Itu memang dia. Aku tak sadar betapa rindunya aku dengannya.

“Hai,” sapa Tori.

“Ha. . hai.” Aku tak menyangka bisa sesusah ini untuk berbicara.

“Kau. . .masih ingat aku kan?”

“Tentu! Tak ada seharipun aku melupakanmu!”

Tori tersenyum. Hatiku berbunga-bunga.

“Apa kau sudah tahu soal . . .turnamen?”

Suasana ceria dalam hatiku langsung padam. “Ternyata benar kata Pak Moes. Kau ikut turnamen itu juga.”

“Ya, apa kekuatanmu?”

“Hmm? Oh, kekuatanku. . .kekuatanku adalah merubah figurin menjadi robot.”

Tori mengangguk-angguk, “Cukup bagus. Inilah kekuatanku.”

Dia mengeluarkan sebuah lipstik dari tas tangannya.

“Lipstik?” tanyaku, “Tak begitu menakutkan.”

Lalu dengan sekali sentakan, sebuah laser pedang keluar dari lipstik itu seperti di film Star Wars. Ujung pedangnya membakar dinding rumahku.

“Wow wow!” kataku kaget.

“Inilah kekuatanku, mengubah lipstik menjadi laser. Dan panjang laser ini bisa berubah tergantung kemauanku. Dan laser ini bisa memotong robotmu dengan mudah.”

Kami saling bertatapan untuk sesaat. Lalu aku memecah suasana hening ini, “Apa yang ingin kau bilang?”

“Aku ingin bilang kalau kau ikut turnamen itu, kau akan mati.” Tori mengembalikan laser itu menjadi lipstik. “Timku penuh dengan orang-orang yang lebih kuat dariku. Jika kau berhadapan dengan mereka, kau tak akan selamat.”

Di satu sisi, aku tahu dia serius. Tapi di sisi lainnya, aku tak suka cara bicaranya.

“Kau pikir aku lebih lemah darimu? Itu yang mau kubilang?” tanyaku menantang.

“Kau salah sangka. Aku justru masih peduli. Bahkan setelah kejadian itu. . .”

“Jangan!” kataku mencoba menahannya, tapi Tori sudah terlanjur bicara.

“Bahkan setelah kau diare dan bolak-balik di kencan pertama kita, tapi aku masih peduli. Ilfil memang, tapi peduli.”

Mukaku memerah mendengar peristiwa itu diucapkan lagi. Itulah kenapa kau tidak boleh makan pedas-pedas sebelum kencan.

“Aku hanya bilang itu. Sisanya terserahmu,” kata Tori. Dia kemudian berbalik pergi. Aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa.

Saat aku ingin kembali ke kamar, aku melihat Niko berdiri menguping selama ini.

“Seriuslah, jadi kejadian yang kau sebut-sebut itu ternyata masalah diare.” Niko terlihat sekali menahan tertawa.

“Bilang sama yang lain, dan akan kuhajar kau pakai Gundam-ku.”


Malam itu, aku sangat sulit tidur. Sementara Niko mendengkur pelan di sampingku, aku terus memikirkan kata-kata Tori. Turnamen ini mungkin lebih berbahaya daripada yang kupikir.




Bersambung. . .

0 komentar:

Posting Komentar