Kemal si Blogger Iseng

show them all you're not the ordinary type

Aturan 5 Detik


Aku sedang duduk di ruang tv bersama adik perempuanku, mencoba memahami apa yang kami tonton sekarang.
"Jadi...mereka adalah remaja yang sehari-harinya bersekolah?"
"Ya," kata adikku, Tina, sambil makan kerupuk di meja.
"Tapi mereka juga manusia serigala?"
"Ya, emangnya kenapa?"
"Kenapa??" Aku geleng-geleng tak percaya, "Coba ya pikir, kalau kamu di sekolah terus tahu kalau salah satu ternyata temanmu manusia serigala, memangnya kamu gak bakal takut dan lapor polisi secepatnya? Lagian kenapa harus serigala? Kan gak banyak serigala di Indonesia. Kalau mau sih, lebih cocok namanya jadi 'Ganteng Ganteng Kerbau'."
Tina melihatku dengan cemberut, "Abang berisik deh, ini kan cuma sinetron."
"Soalnya tv Indonesia makin lama makin aneh aja. Kemaren pernikahan Raffi Ahmad disiarin seharian, buat apa coba? Berita-berita lebih penting kan banyak."
"Abang kayak orang tua ih."
Dibilang tua, gantian aku yang cemberut. Dengan kesal kuambil kerupuk di meja, tapi tak sengaja kerupuk itu terjatuh ke bawah kursi. Aku agak kesulitan mengambilnya.
"Eh, abang ngapain??" teriak Tina tiba-tiba ketika aku mau memasukkan kerupuk itu ke mulut.
"Ngg, aku mau makan."
"Tapi kan kerupuknya udah jatuh tadi!"
"Ya sih, tapi baru bentar kok. Belum kotor."
"Abang, ingat aturan 5 detik dong." 
"Apaan? Kalau udah 5 detik gak boleh diambil lagi? Masa sih kau percaya mitos anak kecil gitu?" kataku tak percaya. Tina justru geleng-geleng dengan ngotot.
"Itu beneran Bang! Bisa bahaya! Kuman-kuman itu lebih ganas setelah 5 detik!"
"Pffffttt, dasar, masih anak kecil ya ternyata. Lihat nih."
Aku menghiraukan teriakan-teriakan dari Tina dan tetap memakannya.
"Lihat tuh, gak papa kan?" kataku. Tina terlihat sangat cemas. Aku jadi geli sendiri.
"Abang melakukan kesalahan besar," katanya dengan dramatis. Kebanyakan nonton film nih anak.
"Dibilangin juga, itu tuh cuma mito..."
Tiba-tiba pandanganku gelap.


Saat aku terbangun kembali, orang-orang berdiri di sampingku dan kepalaku sakit luar biasa. Adik dan orang tuaku melihatku dengan cemas. Ternyata aku sedang berada di atas tempat tidur rumah sakit.
"Kemal, kau sadar juga," kata ibuku dengan agak terisak. "Udah, jangan terlalu banyak gerak dulu. Dokternya ntar lagi datang."
"A..aku kenapa?"
"Kamu Nak," Ayahku melihatku dengan cemas, "makan makanan yang jatuh lebih dari 5 detik." Mendengar itu, ibuku makin terisak. Tina melihatku seperti sedang melihat hantu.
"Kita gagal sebagai orang tua!!" isak ibuku lagi, dia lalu berpelukan dengan ayah. Sungguh berlebihan.
"Masa sih aku bisa sakit gini cuma karena makan makanan jatuh?"
"Kan udah Tina bilang sih, Abang bandel deh," kata Tina.  "Oh ya Bang, kalo Abang mati, game Abang buat Tina ya?"
"Aku gak bakal mati karena hal sepele kayak gini. Ya kan?"
Hening. Tidak ada jawaban. Ayah dan Ibuku bertukar pandang dengan cemas.
"YA KAN?? MASA KALIAN BENER-BENER BERPIKIR AKU BAKAL MATI SIH??" Akhirnya aku pun jadi panik sendiri.
Saat itulah pintu kamar terbuka. Seorang dokter dan suster masuk dengan santai.
"Oh, akhirnya dokter datang juga." Ibuku langsung sibuk. "Tolong anak saya Dok."
Dokter itu hanya tersenyum, "Tenanglah Bu. Tidak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan."
Melihat perangai dokter itu, aku jadi lebih tenang. Aku pasti akan baik-baik saja.
"Ngomong-ngomong dia sakit apa? Suster, coba minta laporannya." Suster itu memberi laporang yang diminta si dokter. "Oke, jadi...Kemal ya? Disini ditulis penyebab sakit kamu adalah. . . "
Hening k sesaat sebelum dokter itu mengakhiri kalimatnya, ". . . makan makanan yang jatuh lebih dari 5 detik. Oh sial."
"Sial? Sial kenapa?" tanyaku panik.
"Bisa disembuhin kan Dok? Obat apa, saya beli semuanya?" Ibuku juga ikutan histeris. "Atau malah perlu operasi ya?"
"Ini lebih parah lagi Bu. Dia sudah sekarat. Tak akan bisa dioperasi. Obatnya hanya satu."
"Apa Dok?"
"Obatnya adalah. . . cinta."
"Ci. . .cinta Dok?" kata ibuku terkejut.
"Ya, atau lebih tepatnya ciuman dari cinta sejati."
Aku melihatnya dengan menganga. Nyawaku sedang dipertaruhkan dan dokter ini malah bicara omong kosong film Disney. 
"Dok, kalau saya memang sekarat, saya perlu obat betulan!" protesku.
Si dokter melihatku dengan agak tersinggung, "Aku dokter di sini. Kalau kau mau sembuh, turuti kata-kataku. Cinta adalah obat paling mujarab. Apa yang menghentikan Voldemort membunuh Harry Potter? Cinta. Apa yang menyebabkan Cinderella hidup lagi? Cinta. Apa yang menciptakan lampu bisa menyala? Cinta!!"
"Oke, lampu menyala karena listrik, bukan cinta. Dan bagaimana aku bisa mendapatkan cinta sejati? Aku bahkan tidak punya pacar!"
"APA??" Gantian si dokter yang sekarang terkejut. "Kamu harus mencari cinta sejati sekarang! Kalau tidak kamu tak akan selamat!"
"Coba cari di kampus sekarang, mana tau masih ada," kata ayahku memberi saran.
"Nyari cinta sejati kok kayak cari martabak sih?" kataku kesel. Tapi aku tak punya pilihan lain. Maka dengan satu keluarga mengantarku naik mobil, aku pergi ke kampus mencari cinta sejati. Untungnya kampus masih ramai.
Aku masih bingung bagaimana menemukan cinta sejati dengan cepat, jadi aku teriak saja, "YANG MAU CIUM SAYA, SAYA KASIH 5 RIBU DEH."
Strateginya sih aku akan mencoba satu-satu cium cewek, mana tau salah satunya adalah cinta sejatiku. Tapi yang ada malah orang-orang melihatku dengan aneh dan berjalan menghindariku.
Badanku terasa sakit lagi. Aku makin panik.
"Mbak, ya mbak!! Kayaknya mbak adalah cinta sejatiku deh!!" kataku sambil menunjuk salah satu cewek. Gak berapa cantik sih, tapi saat sekarat, semua juga boleh.
"Eh, apaan sih??" 
Dan. . .dia menamparku.
Satu per satu kucoba dekati. Ada yang dengan halus, ada yang juga dengan terburu-buru karena sudah panik, tak ada hasil. Oh, cinta sejatiku, kemanakah kau?
Saat aku hampir menyerah, tiba-tiba seorang cewek datang dari belakang dan menciumku. Awalnya aku kaget, tapi pelan-pelan aku merasa tubuhku baikan. Aku sembuh! Cinta benar-benar menyembuhkan semua.
Saat dia melepasku, aku melihatnya dengan gugup. Wanita ini tidak jelek! 
"Terima kasih . . ngg.."
"Aku Tiffany," katanya sambil tersenyum manis.
"Oke, Tiffany. Jadi. . .kau cinta sejatiku?"
Tiffany terlihat malu-malu, "Entahlah, aku memang sudah menyukaimu dari dulu. Kita sebenarnya sekelas, tapi kau biasanya tidak memperhatikanku."
Wow, benarkah ini benar-benar terjadi? Aku tidak percaya!
"Jadi. . .kurasa kita bisa pacaran dari sekarang?" tanyaku dengan gugup. Tiffany bahkan tidak menunggu sebelum mengangguk yakin.
"Ta...tapi, ada satu hal yang harus kamu tahu sebelum kita pacaran," katanya.
"Apa itu?"
Tiffany terdiam sebentar, seakan sedang mengumpulkan keberanian, "Aku sebenarnya adalah . . . manusia serigala."


"Bagaimana Pak, naskah saya bagus kan?" tanyaku.
Sutradara film itu terlihat sangat puas, "Bagus sekali! Ini akan menjadi sinetron yang sangat populer!!"
Dan sejak saat itu, sinetron Cantik Cantik Serigala menjadi fenomena di dunia pertelevisian Indonesia.
Tamat.