Kemal si Blogger Iseng

show them all you're not the ordinary type

Jika Aku Adalah Little Red Riding Hood



Aku sedang bersantai nonton acara favoritku, Walking Dead, di kamar ketika tiba-tiba ibuku masuk dan membuatku hampir tersedak kentang goreng yang sedang kumakan.

“Kemal, nenek sakit!!”

Aku menepuk-nepuk dada, memaksa kentang itu lewat dari tenggorokan.

“Kemal, masa gak ada respon gitu sih?”

Akhirnya aku bisa memaksa menelan makananku. “Jangan kagetin gitu dong Bu,” kataku dengan sedikit terengah-engah.

“Nih, kamu bawain ke tempat nenek,” katanya sambil mengeluarkan keranjang kayu entah darimana.

“Hah? Apaan tuh?”

“Makanan dan sedikit obat.”

“Ibu kan bisa kirim aja. Kenapa aku yang harus kesana?” Aku kembali menyaksikan TV. Ibuku mendengus dan mematikan TV dengan paksa.

“Hei!” protesku.

“Kamu ini, kalau ibu kirim makanannya bisa hancur. Dan kapan sampai ke tempat Nenek tidak jelas. Mendingan kamu yang pergi sana!”

“Tapi Bu....”

“Pergi atau uang jajanmu Ibu kurangi.”

Ugh, ini dia nih kelemahan terbesarku. Aku sedang menabung untuk membeli novel yang sangat kuinginkan, dan Ibu sangat tahu tentang itu. Jadi setiap keinginan dia tidak terpenuhi, Ibuku akan mengancam mengurangi uang jajanku.

“Oke, oke!!” kataku pasrah.

Aku mengambil keranjang dari tangannya dan beranjak ke pintu keluar. Baru beranjak satu langkah dari pintu, aku melihat cuaca sedang mendung.

“Bu, sepertinya mau hujan.”

“Mana?” Ibu lalu keluar dan memperhatikan cuaca, “Wah iya, nih kamu pakai tudung merah ini aja.”

“Apa?? Ibu, aku kan cowok!!”

“Daripada kamu kehujanan,” katanya sambil memakaikan paksa tudung itu ke kepalaku.

“Ya ampun, apa kita tidak bisa nunggu bentar aja sampai cerah.”

“Jangan! Nanti kalau nenekmu kenapa-kenapa gimana?”

“Tapi aku gak mungkin jalan keluar pakai tudung merah gini!”

“Uang jajan.....”

Aku kehabisan kata-kata melawan Ibuku. Dengan kesal, aku pun pergi juga.

Benar saja, di jalan orang-orang melihat heran ke arahku. Bahkan jika ada yang mengenalku, mereka dengan kejam akan menertawaiku. Aku mencoba melepasnya, tapi Ibuku sepetinya mengikatnya dengan sangat keras ke kepalaku. Akhirnya aku pasrah saja dengan nasib.

Untunglah jalanan tidak terlalu ramai, jadi aku tak perlu bertemu banyak orang. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang di belakangku,”Hei..”

Aku menengok kebelakang, “He.....AAHHHH!!!”

Itu bukan seseorang, tapi seekor serigala!

Kakiku bergetar karena ketakutan. Serigala itu tersenyum senang. Tunggu, tadi serigala itu berbicara?

“Hehehe, tak perlu takut begitu. Aku mencium bau harum dari keranjangmu,” katanya dengan suara serak.

“Ambil aja! Ambil aja nih, asal jangan makan aku!!”

“Memangnya kamu mau bawa itu kemana?”

“Ke...ke tempat Nenekku.”

Serigala itu berpikir sebentar. “Dimana alamat rumah nenekmu?”

Aku kaget dengan pertanyaan itu, “Ngg, Komplek Janda Indah Blok B22.”

Serigala itu tersenyum, lalu berkata, “Lebih baik kamu ambil belokan ke kanan setelah ini. Itu jalan tercepat kesana.”

“Mmmh tidak, itu akan memutar jauh.”

“Percaya saja padaku.”

“Aku tahu kok jalan ke rumah Nenekku, terima kas..”

“PERCAYA SAJA PADAKU!”

“O, oke,” gagapku, mencoba menahan kencing di celana.

Serigala itu lalu pergi, dia tidak memakanku! Aku langsung berlari ke jalan yang disarankan di serigala, walaupun aku tahu jalan ini akan memutar, tapi aku tak mau bertemu lagi dengan serigala itu.

Di perjalanan, aku melewati toko alat rumah tangga. Aku memutuskan untuk membeli sebuah senjata yang bisa kupakai jika serigala itu datang lagi. Kubelilah pisau dapur yang cukup besar. Uangku hampir habis untuk membelinya dan aku agak menyesalinya, tapi sekarang adalah saatnya untuk waspada.

Kulihat langit sudah mulai gelap. Karena takut kehujanan, aku memanggil ojek yang sedang duduk-duduk dekat situ. Dia awalnya kaget melihat cowok pakai tudung merah sambil membawa keranjang di tangan kiri dan pisau di tangan kanan. Aku berhasil meyakinkan kalau aku perlu ke rumah nenekku dan bukannya mau merampok seseorang.

Karena naik ojek, aku bisa lebih cepat sampai ke rumah nenek.

“Nek!” panggilku dari luar sambil mengetuk-ngetuk pintu. Tak ada jawaban. Kucoba membuka pintunya dan secara mengejutkan tidak dikunci.

Tidak ada siapapun di luar, jadi aku mengira nenek sedang tidur di kamar. Aku membuka kamarnya dengan  pelan dan mengintip. Pemandangan yang terlihat sungguh diluar dugaan.

Seekor serigala dengan memakai baju nenek sedang berbaring di tempat tidur nenek. Aku langsung menutup pintu itu. Itu kan serigala yang tadi? Mana nenek? Apa jangan-jangan dia sudah dimakan?

Aku mengambil pisauku dan memegang erat. Aku harus bertindak, ini tidak bisa dibiarkan. Serigala sialan ini sudah memakan nenekku, dan dia kira dengan memakai baju nenek seperti itu dia bisa mengelabuiku? Akan kubunuh serigala itu.

Dengan sangat pelan aku membuka pintu dan masuk. Serigala itu sepertinya belum sadar aku sudah ada di rumah ini. Sambil merayap aku mendekati tempat tidur. Inilah saatnya.

Aku melompat dan langsung menusuk serigala itu. Dia hanya sempat meraung kaget sebelum pisau menusuk kepalanya. Aku menusuknya berkali-kali untuk memastikan dia mati.

Tanganku berlumuran darah dan aku sangat lelah, tapi secara bersamaan juga sangat lega. Serigala itu sudah mati. Aku lalu duduk di tempat tidur untuk berisitirahat.

“Lho Kemal?”

Nenekku masuk ke kamar, membuatku bingung setengah mati. “Nenek! Nenek masih hidup?”

“Ya lah, dan ngapain.....kenapa si Kitty?”

“Kitty?”

“Serigala peliharaan nenek? Kenapa dia berdarah gitu?”

“Nenek pelihara serigala?”

Nenek mendekati tempat tidur. “Kamu membunuhnya?”

“Ya, tapi karena aku kira nenek sudah dimakan!”

Nenekku terdiam sebentar sebelum berkata, “Ya sudahlah, memang susah pelihara serigala, dia sering disangka jahat.”

“Tunggu tunggu,” kataku masih bingung, “kenapa dia pakai baju Nenek?”

“Aku yang memakaikannya, kukira itu lucu.”

“Lucu darimananya? Dan Nenek juga mengajarinya bicara?”

“Bicara? Apa maksudmu?”

Saat itulah pintu terbuka dan serigala yang tadi menemuiku di jalan masuk ke kamar. Dia kaget melihat aku sudah ada di kamar.

“Kenapa kamu bisa sampai duluan?”

Aku, masih kaget, menjawab, “Aku...aku naik ojek kesini.”

“Aaah sial rencanaku gagal! Kalau gitu kumakan aja kalian langsu..AAGGHH!!”

Serigala itu terkapar, mati. Nenek menembaknya dengan shotgun secara mendadak. Aku terpana, tidak tahu lagi apa yang terjadi.

“Nenek punya shotgun?”

“Ya, jaman sekarang tinggal sendiri tidak aman.”

Suasana hening.

“Kenapa kamu pakai pakaian wanita begitu?” tanya Nenek.

“Ibu yang memakaikanku. Bukannya Nenek sedang sakit?”

“Oh, Nenek ternyata cuma harus buang air. Sekarang Nenek sudah tidak apa-apa.”

Hening lagi.

“Gimana kalau kita nonton Walking Dead?” saran Nenek.

“Oke.”

Dan kami semua hidup bahagia selama-lamanya.


0 komentar:

Posting Komentar