Kemal si Blogger Iseng

show them all you're not the ordinary type

Kemal Potter (Chapter 5 : Seseorang Mati Dengan Sangat Tidak Keren)


Aku tidur dengan menahan sakit di bagian pipi, pantat Ridho mendudukiku dengan anggun di bagian itu. Karena kejadian itu, aku sekarang mempunyai julukan ‘Peramal Pantat’. Alasan yang cukup untuk membuatku ingin tidur lebih cepat.

Awalnya aku hanya berbaring di kasur selama sekitar setengah jam karena memang saat ini belum jam tidurku, tapi akhirnya aku terlelap juga.

Untuk kedua kalinya, aku tak bisa bersantai-santai dalam mimpi.

Aku berada di suatu hutan. Pohonnya sangat tinggi-tinggi hingga daunnya menghalangi cahaya matahari masuk kesini. Suara hewan-hewan asing terdengar di seluruh penjuru. Tempat ini membuatku merinding, seperti semua hewan buas biasa mengadakan pesta di tempat seperti ini.

Tiba-tiba saja seseorang muncul dari balik pohon. Aku seketika berhenti bernapas karena terkejut. Itu adalah Gayus! Penjahat yang paling dicari saat ini. Mukanya mudah dikenali dengan mata bulat dan rambut botak depan. Dia memakai jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan melihatnya saja, aku merasa bisa mati kapan saja. Dia seperti mengeluarkan hawa jahat yang sangat mengerikan.

Gayus menatap ke arahku, tapi pandangannya tembus ke belakang. Seperti aku sedang tidak berada disitu. Lengan jubahnya digulung. Terlihatlah tato bergambar ular melilit sebuah tengkorak di samping tato ‘aku saying ibu’. Dia menyentuh tatonya dengan tongkat sihir.

Seketika udara menjadi berat. Suasana yang memang sudah gelap menjadi lebih gelap lagi. Dari atas muncullah asap-asap hitam yang lalu mengelilingi Gayus. Asap itu kemudian membentuk menjadi orang. Mereka semua memakai jubah hitam seperti yang Gayus pakai. Para pelahap maut.

“Selamat datang para saudaraku.”

Nada bicaranya sopan, tapi mengandung kebencian. “Selama aku tertangkap, tak ada satupun dari kalian yang mencoba membebaskanku. Tak ada satupun dari kalian yang mencoba menyelesaikan tugas yang kuberikan.”

Orang-orang disekitarnya menunduk ketakutan.

“Kau….Anas, kemana kau saat aku tertangkap?”

Pelahap maut yang dipanggil Anas makin gemetar, “Saya…terus mencoba mencari tuan.”

“Bohong! Nelpon gak pernah! SMS gak pernah!”

“Saya, saya tidak punya pulsa.”

“Ah!” Gayus mengelilingi lingkaran itu, “Lalu bagaimana denganmu Olga Syahputra? Andika Kangen Band? Morgan Smash? Kalian tidak ada gunanya!!”

Tak ada yang berani menjawab. Gayus berjalan ke tengah lagi. “Tapi sudahlah. Kalian harus bersyukur karena aku baik hati. Sekarang apakah kalian masih setia padaku?”

“Tentu saja tuan!”

“Kami tak pernah mengkhianatimu.”

Gayus tersenyum. Dia mengangkat tongkat sihirnya ke atas, dan sinar hitam meluncur keluar. Sinar itu meledak di atas dan dari dalamnya keluar banyak handphone. Para Pelahap Maut satu per satu menangkapnya.

“Sebarkan berita bahwa Pelahap Maut sudah kembali!! Sebarkan lewat facebook, twitter dan semua media sosial lainnya!”

Para pelahap maut mulai mengetik di handphonnya. Olga pun mengetik dengan gaya centilnya sambil lidahnya melet-melet.

Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan, “Cepat ya….”

“Ya tenang saja, aku sudah kebelet banget nih” kata seseorang yang tiba-tiba mucul. Dia berpakaian kemping dan sepertinya akan buang air besar karena dia mulai membuka celananya. Dia sedang ngeden ketika sadar dia sedang berada dalam diskusi perkumpulan paling jahat.

“Oh maaf, aku tak tahu disini ada banyak orang” katanya gugup.

Gayus mengayunkan tongkatnya, “Avada Kedavra!”

Cahaya hijau memenuhi penglihatanku diiringi teriakan (dan suara kentut). Aku terbangun. Badanku penuh keringat.

“Kau tak apa-apa?”

Edo melihatku dengan heran dari tempat tidurnya, “Kau mengerang-ngerang, mimpi buruk ya?”

“Sangat buruk” kataku, aku langsung bergegas mengambil handphone-ku. Kubuka twitter dan kucek akun Pelahap Maut. Status terbaru mereka ternyata memang sama yang dengan kulihat di mimpi. Status itu sudah di RT oleh ratusan orang, sebentar lagi pasti jadi Trending Topic.

Aku mencoba mengingat-ingat mimpiku. Gayus mulai mengumpulkan para Pelahap Maut yang masih setia padanya. Aku tak tahu apa rencana mereka sekarang, tapi pasti tidak bagus.

Aku lalu teringat pada seorang muggle yang sedang kemping itu, dibunuh tanpa tahu apa-apa. Bahkan dia sedang mau buang air. Mati ketika buang air ada di urutan terendah dalam daftar ‘Mati dengan gaya’. Mereka benar-benar kejam.

Tapi kenapa aku bisa melihat kejadian itu dalam mimpi? Apakah ini bakatku?

“Hei, kenapa jadi bengong?” Tanya Edo.

Aku beralih ke dirinya dan menceritakan semua yang kulihat dalam mimpi. Dia awalnya tidak percaya, tapi ketika dia melihat twitter dari hapenya, semuanya berubah.

“Kau benar, pelahap maut sedang menjadi trending topic sekarang.”

“Aku tahu,” kataku, “apa yang sebaiknya kita lakukan?”

Edo menatapku dengan bingung, “Kita? Kita hanya penyihir tingkat satu. Kita tidak bisa apa-apa. Lagipula kita tak perlu melakukan sesuatu, semua auror sedang mencari Gayus sekarang. Kita akan baik-baik saja.”

“Tapi dia sudah pernah kabur dari penjara cipinang kan? Berarti dia sudah tahu cara untuk mengelabui Auror.”

Edo mengangkat bahu. “Sudahlah, sebaiknya kita tidur lagi. Besok ada latihan Quidditch pertama.”

Aku setuju saja, tapi mana mungkin aku bisa tidur lagi setelah mengalami mimpi aneh tersebut. Ketika Edo sudah tertidur, aku menyelinap keluar kamar. Berjalan-jalan mungkin akan membuat pikiranku segar.

Aku keluar dari asrama. Di luar jendela, langit malam terbentang sangat indah. Aku terus berjalan sambil memikirkan mimpiku. Bagaimana cara Gayus bisa lolos dari para auror? Bagaimanapun itu, aku yakin Gayus akan melakukannya lagi, dan itu membuatku makin cemas. Bagaimana kalau dia mencoba menyerang Hogwarts, seperti yang dilakukan Voldemort dulu sebelum dia akhirnya tewas.

Tapi semakin dipikir, semakin aneh. Untuk apa juga dia menyerang Hogwarts? Pelahap Maut sekarang sudah tak sebanyak dulu lagi. Mereka akan bunuh diri jika menyerang Hogwarts begitu saja.

Lalu tiba-tiba, kata-kata Okki terngiang di kepalaku. Dia berbicara tentang sesuatu di kamar tersembunyi. Apakah memang ada kamar seperti itu? Walaupun ada, yaah pasti tersembunyi juga, akan sangat sulit menemukannya.

Tanpa sadar aku berjalan ke lorong penghubung ke menara timur. Hmm, menara timur, kepala sekolah pernah mengingatkan agar kami menjauhinya. Sifat isengku muncul, kalau hanya melihat sedikit kurasa tidak apa-apa kan?

Aku mengendap-endap di sepanjang lorong. Lorong itu hanya diterangi obor yang terpasang di dinding, tidak ada jendela sama sekali. Disini sangat bau, sampai aku harus menutup hidung. Apakah menara timur tempat pembuangan sampah?

Aku berjalan makin ke dalam, dan baunya makin menyengat. Di ujung lorong, aku melihat tangga spiral menuju ke puncak menara. Aku bingung apakah mau menaikinya atau tidak, tapi karena sudah sampai disini, ya sudahlah. Sudah terlanjur basah juga.

Sesuatu bergetar di belakangku ketika aku menginjakkan kaki di anak tangga. Aku melihat ke belakang dan kurasa jantungku tak mau berdetak untuk sesaat. Sebuah makhluk hijau setinggi kira-kira 3 meter, membawa pentungan dan berbau sangat menjijikkan sedang menelitiku. Sebuah Troll

            Troll itu akhirnya memutuskan aku adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dia mengayunkan pentungannya ke arahku. Aku menghindar tepat pada saatnya. Pentungan membentur pegangan tangga dan menghasilkan suara sangat ribut.

     Aku melarikan diri secepat mungkin. Untunglah Troll sangat lambat, dalam sekejap saja aku sudah meninggalkannya. Aku masuk ke asrama dengan jantung masih berdebar keras. Kenapa ada Troll dalam sekolah? Mungkinkah…mungkinkah dia menjaga sesuatu?

0 komentar:

Posting Komentar