Kemal si Blogger Iseng

show them all you're not the ordinary type

Foto-Foto Masa SMA (part 1)


Foto di atas adalah saat kami sedang praktek di Lab Biologi.
Pernah suatu hari kami sedang belajar tentang golongan darah, dan setiap anak harus mengeluarkan darahnya untuk diteliti. Jadi jari kita akan ditusuk oleh sebuah jarum agar darahnya keluar.
Aku bukan penakut, tapi selalu agak panik kalau lihat darah sendiri. Ketika giliranku ditusuk, aku tutup mata sambil melihat ke arah lain.
“Jika terjadi apa-apa padaku, katakan pada ibuku kalau aku menyayanginya,” kataku sambil berkaca-kaca.
“Buset drama banget sih”
Lalu aku ditusuk. Darahku keluar. Aku tak perawan lagi (eh?).
Ada juga cerita saat kami disuruh bawa air seni untuk diteliti. Ya kawan, air seni. Heran deh sama peneliti biologi, sampai air seni diteliti, gak ada kerjaan banget ya. Parahnya lagi, kami disuruh bawa air seni orang dewasa, yang berarti kalau biasanya kita minta uang jajan, sekarang minta kencing.
Sesuai dugaanku, hampir gak ada yang bawa di hari penelitian. Aku sih bodo amat lah mau dihukum atau apa, yang jelas aku gak mau merendahkan diri untuk meminta kencing orang. Sori la yau.
Akhirnya kami berbagi kencing dengan satu-satunya teman yang bawa. Persahabatan pun makin kuat.

Foto ini adalah saat aku dan beberapa temanku bolos upacara maulid nabi.
Di Al-Azhar yang mana adalah sekolah Islam, wajarlah kalau peringatan maulid nabi diperingati dengan banyak acara. Pertama upacara, lalu dilanjutkan dengan banyak penampilan. Enaknya, kami gak belajar hari itu. Malesnya, kami harus ikut upacara yang aduhai lamanya.
Karena itulah, aku dan beberapa temanku memutuskan untuk pergi jalan-jalan sejenak. Kau tahu, untuk menenangkan pikiran. Baiklah, kami bolos.
Awalnya kami hanya jalan-jalan di sekitar sekolah. Lalu kami melihat kelas kosong. Ini bisa jadi tempat persembunyian yang aman. Maka kami masuk ke situ. Untuk menghabiskan waktu, kami pun berfoto-foto ria.

Tentu saja karena kami cowok kurang digauli, maka gaya fotonya gak kayak orang (atau cewek) pada umumnya, bibir monyong dengan jari telunjuk nempel. Kami berpose macam petinju seperti foto di atas. Hanya saja jika dilihat lagi, ternyata kami lebih mirip kawanan maling. Aku yang memakai sarung merah adalah pemimpin kawanan perampok ini.


Ibu guru diatas adalah wali kelas kami selama kira-kira setahun terakhir, bu Rizki, yang juga merangkap guru matematika.
Mukanya sih terlihat baik, tapi kadang-kadang kalau ngajar matematika bisa keluar juga kejamnya. Bukan kejam dari sananya, tapi kejam karena udah berapa kali diajarin kok kami gak ngerti-ngerti. Sampai sekarang dia masih mengajar di aksel Al-Azhar.
Di foto bu Rizky sedang berfoto dengan cewek-cewek aksel, yang mungkin menurutnya agar dia tampak lebih muda. Tapi jujur Bu, anda malah terlihat lebih tua daripada seharusnya. Maafkan aku.

Aku kurang ingat foto ini, tapi kalau gak salah waktu Al-Azhar lagi study tour ke tempat pendauran ulang. Terlihat kami sedang berfoto dengan latar belakang TPS atau tempat pembuangan sampah. Eh bener gak ya?? Gak tau deh, gak ingat. (kalo gak ingat ngapain dimasukin ke blog!)
Lihat di foto, aku yang paling tinggi disitu, sekaran berpacaran dengan Iis yang paling pendek di situ. Ini bukti kalau dunia itu seimbang. (Aku tahu ini gak ada hubungannya sama foto, tapi karena lupa lagi ngapain saat itu jadi kutulis aja supaya kelihatan banyak, huehuehue).

Ini adalah foto Fuad, anak yang memiliki IQ paling tinggi di aksel angkatan kami. IQ-nya nembus 150 lho! Tapi supaya kau tahu saja, jika IQ tinggi maka ada dua kemungkinan : dia jenius atau dia autis. Menurutku dia lebih yang kedua.
Dia juga adalah murid paling muda di kelas kami, umurnya sekitar 12 tahun ketika masuk SMA. Sudah kubilang kan kalau anak aksel memakai prinsip cepat sekolah, cepat kuliah, cepat mati.
Foto diatas diambil saat kami sedang bolos maulid nabi. Dia berpose layaknya tukang sandal professional. Yang aneh adalah, apakah tukang sandal juga menjual Globe?

Dua orang ini adalah teman sejak SMP yang sekarang lagi pedekate. Yang cowok adalah drummer band NOED, kepalanya selalu dijadikan patokan potongan rambut yang baik, bermuka Avenged Sevendfold tapi berhati Syahrini, Ammar. Sedangkan yang cewek adalah si kurus, dakocan, si penghabis oksigen, Aulia.
Mereka sebenarnya tahu lagi difoto, tapi layaknya anak muda, mereka gaya sok cuek. Ammar sedang memasang pose oh-tuhan-beratnya-hidup-ini-atau-ini berat-badanku-ya. Sedangkan Aulia memasang pose ah-aku-difoto-pura-pura-cuek-ah-biar-kayak-artis-yang-lagi-laku.

Foto ini adalah saat Istirahat.
Bagi yang banyak duit, mereka akan ke kantin untuk membeli makan dan berfoya-foya. Bagi yang sedang krisis seperti kami, maka hanya duduk di depan kelas sambil membicarakan seandainya kami punya uang.
Hal-hal yang dilakukan anak aksel lainnya saat istirahat adalah tidur, dengerin musik, menggosip, push-up (tanpa alasan yang jelas, namanya juga gak ada kerjaan) dan banyak hal lain. Yang jelas kami tak akan mengulang pelajaran yang tak kami ngerti.
Kadang kalau ada uang, aku dan beberapa temanku pergi ke sebelah sekolah untuk makan mi ayam yang endang bambang enaknya. Saking enaknya, mungkin kalau Bondan Winarno makan disitu dia tak akan bilang “Mak Nyosss!” tapi “Mak, nambah lagi Mak!”
Warung mi ayam itu kami beri nama Mi Ayam AL-Azhar, bahkan kadang disebut Mi Ayam Aksel karena seringnya kami makan ke sana. Karena itu pula, warung ini sering kami jadikan tempat ngumpul, semacam markas utama lah. Penjual mi ayam itu pun udah tanda muka-muka kami. Jadi kalau kami kesana dia langsung bilang, “Mi ayam kan Dek?” (Lha, kan emang cuma jual mi ayam).
Sekarang pun, kalau kami mau kumpul lagi, biasanya Mi Ayam Al-Azhar selalu termasuk dalam rencana. Sayangnya warung ini sekarang macam ninja, kadang ada kadang enggak. Mungkin yang makan disana mulai kurang karena makin banyaknya jajanan lain.
Walaupun begitu, Mi Ayam Al-Azhar selalu ada di hati kami. (terdengar lagu hymne guru).

Foto ini sesaat sebelum bus kami terjun ke jurang. Tapi aku yang sudah mendapat penampakan itu, langsung turun yang diikuti beberapa teman-temanku. Hanya saja setelah itu, satu per satu dari kami mulai tewas mengenaskan. Eh tunggu, ini kenapa jadi film Final Destination.
Tapi agak mirip Final Destination, ini adalah perjalan bersama kami yang terakhir karena setelah ini kami aka lulus SMA. Ini adalah foto saat kami mau pergi ke perpisahan di danau toba.

0 komentar:

Posting Komentar