Aku pulang dari sekolah dengan badan penuh keringat. Diluar sedang sangat panas. Rasanya ingin sekali bersantai di sofa sambil nonton TV.
Aku masuk ke dalam rumah dan terkaget oleh suara tangisan. Itu ibuku. Tangisan itu berasal dari dapur. Apa yang terjadi? Apa dia terpeleset? Atau dia tak sengaja mengiris jarinya saat memasak? Aku langsung berlari menuju dapur.
"Ibu? Ibu kenapa?" tanyaku.
Ibuku sedang menangis di meja. Dia sepertinya habis menuang sereal ke mangkok. "Kemal....." isaknya.
"Ya? Kenapa Bu?"
"Tadi Ibu mau makan sereal. Ibu sudah menuangnya ke mangkok.....lalu.....lalu....."
Aku menunggu.
"Saat ibu cek, ternyata kita kehabisan susu...." Dia menangis makin keras.
Aku berdiri terpana, "Itu saja?"
"Mana mungkin kita makan sereal tanpa susu. MANA MUNGKIN!!"
Terserah deh. Aku menyesal mengkhawatirkannya. Kutinggalkan dapur dan berjalan ke kamarku. Saat itu, aku tak sengaja melihat ayahku di kamar. Dia terlihat sedang banyak pikiran. Sebagai anak yang baik, aku merasa harus bertanya.
"Ayah kenapa? Lagi banyak pikiran ya?"
Dia melihatku, "Oh Kemal. Enggak, Ayah hanya sedikit bingung."
"Bingung apa? Mungkin Kemal bisa bantu."
"Ayah mau keluar untuk berjalan-jalan, tapi diluar sangat panas."
Aku bingung, "Oke...kalau begitu tunggu saja sampai gak terlalu panas."
"Tapi di kamar ini, AC-nya sangat dingin."
Aku makin bingung, "Yah, matiin aja AC-nya."
"Gak bisa. Kalau dimatiin, entar jadi panas. Hahhh." Dia mendesah seperti memikirkan masalah yang sangat rumit. Kalau keluar kepanasan, kalau dalam kedinginan. Lagi-lagi gak penting. Aku keluar dari kamar itu.
Kali ini aku mendengar tangisan dari kamar adik perempuanku, Tiara. "Kenapa lagi ini?" gumamku kesal. Aku masuk ke kamarnya dan mendapati dia sedang terisak-isak di depan laptop.
"Kamu kenapa?"
Dia berhenti menangis sesaat, "Aku baru putus."
Oh, kali ini sepertinya memang masalah yang agak rumit. "Sabar, sabar, jangan sesedih itu dong. Kan masih banyak cowok lain."
"Bukan!!" bentaknya sampai aku terlonjak kaget, "Aku tak peduli sama cowok itu. Yang jadi masalah adalah, aku membuat status tentang putus ini di Facebook, dan tidak ada yang like. Tidak ada satupun!!"
Dia lalu menangis keras seakan-akan itu akhir dari dunia.
Aku muak dengan keluargaku. Mereka sama sekali tak bersyukur dengan segala yang kita punya dan justru mengeluh tentang hal-hal kecil yang tidak penting. Aku malu pada mereka.
Setelah menghadapi semua anggota keluargaku yang lebai itu, aku sangat butuh istirahat. Kuganti baju, lalu kuambil jus di kulkas. Aku menuju ke ruang keluarga dan duduk di sofa. Aah, rasanya sangat nyaman. Sekarang tinggal menghidupkan TV.
Lho? Remotenya mana?
Ternyata remote itu ada di dekat TV.
Aku mendesah, "Aku sudah duduk dengan nyaman, tapi remote TV-nya diluar jangkauanku.........TIDAAAKKK!!!"
0 komentar:
Posting Komentar