Aku sedang bersantai dengan kopi di meja dan koran di tangan saat tiba-tiba anakku, Niko, yang masih berusia 5 tahun datang. Dia terlihat kebingungan.
"Ayah ayah."
"Hmm, kenapa?"
"Dari mana datangnya bayi?"
Aku menaruh koranku. Ini dia nih. Tiap orangtua pasti akan mengalami peristiwa ini. Tapi aku tak menyangka secepat ini. Aduh, mana istriku sedang pergi lagi.
"Hmm, bayi itu datang dari. . . "
Niko menunggu dengan muka polosnya. Aku. . . aku tak bisa bilang.
"Saat laki-laki dan wanita saling mencintai, seekor burung bangau akan datang dan membawa bayi," kataku akhirnya. Aku pernah melihat kartun melakukan itu.
"Ooooohhhhh." Niko terlihat berpikir sambil berjalan ke ruangan lain. Fuuuhhh, tanggung jawab ini bisa kulakukan di hari lain.
Lalu tiba-tiba muncul sebuah cahaya menyilaukan. Aku harus menutup mata sampai cahaya itu benar-benar hilang dan mataku terbiasa kembali.
"A..apa yang terjadi??"
Seorang wanita berdiri di depanku sambil dikeburungi asap. Wanita yang sangat kukenal. Dia adalah istriku, Hana! Tapi dia terlihat sedikit. . . tua?
"Dari mana kau masuk? Dan bagaimana kau membuat asap dan cahaya itu? Dan apa yang kau lakukan dengan mukamu?" Aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi.
Plak! Hana menampar mukaku.
"Tak ada waktu untuk itu!" katanya sedikit membentak.
"Hah?"
"Apa yang kau katakan pada Niko saat aku pergi? APA?"
"A...aku hanya mengatakan kalau bayi diantar oleh bangau. . ."
"KAU BERBOHONG PADANYA??"
Aku mundur sedikit karena takut dipukul. "Itu hanya kebohongan sementara. Aku hanya belum siap mental untuk bilang hal yang sebenarnya."
Hana menggeleng-geleng. Aku mengambil kesempatan untuk bertanya.
"Kau terlihat sedikit berbeda. Apa ada masalah?"
"Tentu saja berbeda. Aku datang dari masa depan."
"Ng, apa?"
"Aku datang dari masa depan untuk menghentikan tingkahmu!!"
"Tunggu tunggu." Aku memijit kepalaku. "Kau dari. . .masa depan?"
"Ya. Aku sudah bilang berkali-kali."
Memang sih, kalau dilihat-lihat Hana terlihat sedikit lebih tua. Dia tidak mungkin bertambah tua hanya dengan pergi setengah jam kan?
"Jadi. . .apa maksudmu dengan menghentikanku?"
"Apa kau tahu apa akibat dari kebohonganmu itu? Dua tahun dari sekarang, Niko akan melompat dari lantai dua karena dia merasa diadopsi dari keluarga bangau dan punya kemampuan untuk terbang."
Aku harus mencerna kata-kata itu dulu sebelum berteriak, "APA??"
"Ya, dan itu salahmu!!"
Wow, aku tak pernah menyangka Niko akan sebodoh itu.
"Ja. . .jadi apa yang harus kulakukan."
"Temui dia dan katakan hal yang sebenarnya. Itu akan merubah masa depan."
"Begitu ya? Oke." Aku mengangguk.
"Bagus. Aku harus pergi sekarang. Bahaya kalau sampai aku di masa ini melihatku."
Dia memencet sebuah mesin aneh di tangannya.
"Apa itu mesin waktu? Bagaimana caranya kau bisa punya mesin waktu?"
"Aku punya banyak waktu luang." Setelah bilang itu, dia hilang diikuti cahaya menyilaukan.
Aku menampar-nampar mukaku untuk memastikan semua ini bukan mimpi. Lalu aku mendengar Niko sedang menirukan suara bangau di kamar sebelah. Oh ya, aku punya tanggung jawab.
"Ngg, Niko?"
"Ya?" Dia sedang bermain-main dengan mainannya.
"Soal bayi tadi. . . sebenarnya aku agak bohong,"
Dia melihatku dengan bingung. Ugh, muka polosnya itu. . .
"Se. . sebenarnya, kau ingat Harry Potter kan? Dia diantar oleh penyihir ke rumah saat masih bayi. Begitulah sebenarnya bayi datang."
"Ooooohhhhhh."
Memang masih bohong sih, tapi itu tidak akan membuatnya lompat dari lantai dua. Aku kembali ke tempatku dengan bangga.
Cahaya itu muncul lagi. Hana versi lebih agak tua muncul dengan kesal.
"Apa yang kau bilang padanya kali ini?"
"Aku bilang dia diantar oleh penyihir saat masih bayi. Kenapa? Dia tidak loncat lagi kan?"
"Tidak, tapi dia mengaku-ngaku sebagai keturunan penyihir dan dibakar oleh massa."
"APA?? KENAPA MASA DEPAN JADI SEPERTI ABAD PERTENGAHAN??"
"Pokoknya kali ini jangan bohong lagi!!" Lalu Hana menghilang, meninggalkanku dengan mulut menganga.
Didorong keinginan agar anakku tak mati dibakar, aku berlari ke tempat Niko.
"BAYI LAHIR DARI IBU."
Niko terlihat sangat kaget mendengar aku berteriak seperti itu. Aku mengambil nafas panjang.
"Maksudku, aku berbohong sebelumnya. Lagi. Sebenarnya bayi itu lahir dari ibu. Kau lahir dari ibu. Kau berada di perut ibu selama sembilan bulan."
"Oooooohhhh. Eh tapi, darimana bayi keluar dari perut ibu?"
Ugh, ini dia nih yang paling males.
"Ngg ngg dari. . .anu. . .dari itu lho. . .gimana ya?"
Niko terus menunggu. Pada akhirnya, aku tak sanggup jujur sepenuhnya.
"Jika ibu sudah merasa bayinya terlalu besar, dia harus bersama suaminya. Dan dengan kekuatan cinta, bayi itu akan muncul dari perut tanpa melukai ibu sama sekali."
"Oooooohhhh."
Oke, kurasa itu cukup aman. Tidak ada hal yang menurutku bisa membuat Niko bertindak bodoh.
Di kamar sebelah muncul cahaya. Oh ya ampun, apa lagi kali ini?
"Apa yang kau katakan padanya?" Hana marah-marah.
"Memangnya apa yang terjadi?"
"Niko menuduh seorang istri berselingkuh dengan dokter hanya karena suaminya sedang di luar kota saat dia melahirkan."
"Ohh. . .sial."
"Dan dia dibakar massa."
"KENAPA DIA SELALU DIBAKAR??"
Hana menghilang lagi ke masa depan. Aku sudah kesal. Oke, aku harus jujur seratus persen.
"Niko! Bayi lahir dari v****a!"
"Eh, apa?"
"Bayi keluar dari v****a. Kau keluar dari v****a ibumu. Itu adalah fakta!"
Aku meninggalkan Niko yang terlihat syok. Kuminum kopiku untuk menenangkan diri. Aku sudah melakukan hal yang benar sekarang. Tidak akan ada hal aneh yang terjadi lagi.
Aku mendengar sebuah ketukan di pintu. Mungkin Hana yang di masa kini akhirnya pulang.
Tapi saat kubuka pintu rumah, yang menungguku adalah bapak RT dan warga komplek sekitar.
"Ngg, ada apa ya?"
Pak RT berdehem dengan formal. "Kami mendapat kabar kalau kau memberitahu fakta tentang bagaimana bayi lahir kepada anakmu yang masih kecil. Apa kau sadar kalau hal itu bisa membuatnya trauma?!"
Aku tergagap, "Ta...tapi. . .bagaimana kalian tahu? Aku melakukannya sekitar 2 menit yang lalu."
"Laki-laki ini datang dari masa depan dan memberitahu kami."
Pak RT menunjuk sebuah pemuda yang mempunyai muka pucat. Entah kenapa, dia mirip aku. Tunggu.
"Kau Niko dewasa!!"
"Ya, dan kau ayah yang buruk!" Niko sedikit berteriak kepadaku. "Aku menghabiskan masa kecilku dalam trauma karena memikirkan terus apa yang kau bilang." Dia memeluk dirinya sendiri dalam gemetar.
"Ta..tapi. . .tapi. . ."
"Jangan banyak alasan! Kau harus dihukum karena ini." kata Pak RT.
"A...apa hukumannya?"
"Kau akan dibakar."
"TIDAAAAAKKKKKKKK."
0 komentar:
Posting Komentar