Badanku rasanya mati rasa karena kedinginan karena setengah tenggelam di perairan ini, sedangkan Rose gemetaran di atas puing kapal. Sudah setengah jam sejak kapal kami yang katanya tak bisa tenggelam itu tenggelam karena tertabrak gunung es. Sampai sekarang, belum ada pertolongan.
“Rose....aku sudah tidak kuat...” kataku.
Rose melihatku menangis, “Jack....oh Jack, bersabarlah. Pertolongan pasti akan tiba.”
“Bukan, maksudku, bisakah kau geser sedikit. Aku juga mau naik...”
Rose terdiam, lalu dia berkata lagi dengan sedikit menangis, “Aku tahu kau sudah tidak tahan Jack. Tapi tenang saja, aku akan hidup terus. Aku akan menjadi tua, dan punya anak, lalu anak itu akan kuberi namamu oh Jack sayangku...”
“Hmm, aku hanya ingin naik.”
“Selamat tinggal Jack,” isak Rose. Dia mendorong kepalaku ke dalam laut.
“Tu...tunggu, apa yang kau lakukan? Aku blllppppp......”
Aku terus tenggelam dan tenggelam, tak ada tenaga untuk berenang. Sementara itu nafasku makin sesak. Sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya, aku bertekad akan menghantui Rose jika mati di sini.
Aku membuka mata, mendapati diriku di sebuah kamar. Di sebelahku, tampak sosok seseorang. Orang yang sangat aneh karena memiliki kepala....kotak.
“Ah syukurlah kau sudah siuman!!” katanya dengan sangat ceria.
Dia bukan manusia!! Aku terbangun dengan panik sampai aku terjatuh dari tempat tidur. Saat itulah sebuah terompet berbunyi sangat keras.
“Apa...apa itu?” Aku menutup telinga. Si kotak itu memencet tombol di terompet itu sambil tertawa.
“Ahahahak, itu hanya jam alarm,” katanya.
Alarm yang sangat aneh itu mati. Kini si kotak itu memperhatikanku sambil tersenyum lebar. Sepertinya dia menungguku bicara.
“Ngg, halo...”
“Halo!! Namaku Spongebob Squarepants. Siapa namamu?”
“Aku...Jack. Tunggu, kau ini apa?”
“Aku? Tentu saja aku spons!!”
“Spons? Maksudmu...spons yang biasanya di dapur itu? Kenapa kau bisa bicara, dan berjalan, dan memakai dasi?”
“Ahahahak, kau pasti masih bingung karena jatuh tadi. Aku sudah siapkan makanan,” kata Spongebob. Dia mengeluarkan sebuah burger entah dari mana.
“Ini Krabby Patty!! Makanlah.”
Aku mengambilnya dengan ragu. “Ah, terima kasih....spons.”
“Namaku Spongebob.” Dia terus melihatku makan dengan senyum lebar sehingga aku tidak nyaman.
“Kenapa?”
“Jadi.....” katanya.
“Jadi...apa?”
“Bagaimana rasanya? Itu Patty dengan keju yang kubuat spesial!!”
“Oh,” aku salah tingkah, “ini enak, terima kasih. Tapi kurasa kau lupa menaruh kejunya.”
Senyum di muka Spongebob hilang. Lalu tiba-tiba saja dia seperti terkena serangan asma.
“He, hei...kau tidak apa-apa?”
“Aku lupa menaruh keju. Aku lupa menaruh keju.”
“Tidak apa-apa, ini tetap enak kok...”
“AKU LUPA MENARUH KEJU. AKU LUPA MENARUH KEJU.” Dia mulai berkata hal yang sama berulang-ulang dengan nada tinggi. Karena tidak tahan, aku menutup mulutnya dengan tanganku.
“Dengar, anu, Spongebob. Bisakah kau beritahu aku di mana? Dan makhluk apa kau?”
Spongebob terlihat ceria lagi, “Kau berada di kota Bikini Bottom. Dan aku adalah spons.”
Bikini Bottom? Nama yang aneh untuk sebuah kota. “Aku tidak pernah mendengar nama kota ini. Apa aku terbawa arus ke sini? Apa ini dekat New York?”
“Ahahahak. Kau bukan hanyut, kau tenggelam. Bikini Bottom berada di dasar laut.”
“Apa?” Aku mulai berpikir kalau spons ini tak punya otak. Tapi sejak kapan sih spons punya otak. “Apa maksudmu ini di dasar laut?”
“Ini di dasar laut. Tempat makhluk-makhluk laut tinggal.”
Aku ingin menyangkal, tapi kalau kuingat-ingat, aku memang sedang tenggelam saat terakhir kali aku sadar.
“Tapi ini tak mungkin di dasar laut. Bagaimana mungkin aku bisa bernafas di dalam laut?”
Spongebon tersenyum lebar, “Itu semua hanya perlu....imajinasi.....”
Dia mengayunkan tangannya, membentuk sebuah pelangi bewarna-warni. Aku tak tahu bagaimana dia melakukannya, tapi itu keren.
“Oke...apa kau tahu bagaimana caranya aku bisa kembali ke atas laut?”
Dia terlihat berpikir. “Aku tahu. Kita tanya saja sama Sandy. Dia itu ilmuwan!!”
“Itu sepertinya rencana bagus. Di mana dia tinggal?”
“Ayo ikut aku.” Spongebob mengajakku keluar. Aku akhirnya benar-benar percaya kalau ini di laut karena kemanapun aku melihat ada ikan. Anehnya, langitnya terlihat seperti bunga-bunga. Anehnya lagi, aku baru saja keluar dari rumah nanas, yang bertetangga dengan semacam patung di pulau Paskah dan batu besar.
“Kau tinggal di rumah nanas?”
“Ya, aku menumbuhkannya sendiri,” jawabnya. Baru kali ini aku mendengar jawaban aneh seperti itu.
Tempat ini benar-benar berbeda dengan yang kukenal, dan itu membuatku gugup. Aku berharap Sandy yang dikatakan Spongebob itu benar-benar ikan yang cerdas. Mungkin dia lumba-lumba. Lumba-lumba terkenal pintar kan?
Semua perkiraanku meleset ketika aku mengetahui Sandy itu ternyata adalah tupai, dan dia tinggal di dalam sebuah kubah kedap air. Anehnya, aku bisa bernafas di dua dunia ini dengan mudah, sementara Spongebob harus memakai helm air ketika masuk.
Ini pertama kalinya aku melihat tupai yang seukuranku dan memakai bikini, dan sesuai kata Spongebob, dia memang terlihat pintar. Jangan tanya padakau bagaimana tupai bisa terlihat pintar.
“Jadi, kau akan pergi ke New York?”
“Ya ya. Kau tahu bagaimana cara pergi ke sana?”
“Itu mudah. Kau hanya perlu menaiki bus di dekat Krusty Krab. Di sana ada bus yang akan menuju Amerika. Biasanya aku selalu menaiki itu jika ingin pulang ke Texas.”
“Kau dari Texas? Kenapa kau tinggal di dasar laut?”
“Aku kan ilmuwan. Aku ingin mencari tempat tenang untuk melakukan penelitianku. Oh, soal itu...” Sandy melihat jam, “kurasa monyet-monyet ilmuwan itu akan datang sebentar lagi untuk melihat temuanku yang baru. Kalian sebaiknya pulang sekarang.”
Spongebob melambai-lambai pada Sandy ketika kami keluar dari rumahnya, “Daah Sandy. Jangan lupa nanti kita latihan karate lagi.”
“Kau bisa karate?” kataku terkejut mendengar ada spons yang bisa bela diri.
“Ya! Dan aku cukup jago. Ahahahak. Mau kuperlihatkan?”
“Nggg, tidak usah. Antar saja aku ke tempat bus itu.”
“Oke. Oh lihat, itu Patrick!!”
Spongebob menunjuk seseorang berbentuk bintang dan bewarna pink. Dia hanya memakai celana bunga-bunga dan terus menerus berdiri menghadap jalan tanpa berbuat apa-apa. Lagi-lagi makhluk aneh. Spongebob mendekatinya dengan riang.
“Hai Patrick! Apa yang sedang kau lakukan?”
“Hai Spongebob. Aku melakukan hal yang selalu kulakukan, tidak ada.”
Wow, benar-benar makhluk yang rajin. Spongebob mengenalkanku padanya. Dia melihatku dengan seksama.
“Kau....makhluk darat?” tanyanya.
“Ngg, ya.”
“Hmmm, hmmm, mmmhhh zzzzz.”
Aku terdiam. Bintang di depanku ini tiba-tiba saja tertidur.
“Patrick pasti lelah karena melakukan ‘tidak ada’ terus menerus. Biarkan dia tidur,” kata Spongebob. Sejujurnya, aku tak tahu bagaimana orang bisa lelah karena melakukan ‘tidak ada’, tapi dia jelas bukan orang, jadi aku tak akan protes.
“Ah, itu dia Krusty Krab.” Mata Spongebob bersinar-sinar, seakan-akan bangunan itu memiliki sejarah yang sangat dalam sampai dia sangat mengaguminya. “Ini restoran terbaik yang pernah ada.”
“Oh, ini restoran? Tempatnya....unik,” komentarku.
“YA!!” teriak Spongebob tiba-tiba, membuatku kaget. “Ini juga tempatku bekerja. Dan disini juga tembak bekerja tetangga terbaik yang pernah ada. Namanya Squidward. Ayo, akan kukenalkan kau padanya.”
“Tidak per....aahhhh!!” Spongebob menarikku begitu saja memasuki Krusty Krab. Dia membawaku ke seorang....cumi-cumi? Hidungnya sangat besar dan dua terlihat sangat muram. Dia sedang membaca buku ketika Spongebob berkali-kali memanggilnya.
“Squuiiiiiddddwaaarrrddd, ooohhh ssqqquuuiiiiddwwwarrrddd....”
Squidward hanya diam saja. “Kurasa dia sedang tak ingin digang....”
“OOOHHH SSQQUUIIIIDDDWWAAARRRDDD.”
“Huuufft,” Squidward melihatnya dengan malas, “baiklah, aku menyerah. Ada apa Spongebob?”
“Tidak ada. Aku hanya ingin menyapa tetangga favoritku.” Dia lalu mencium dahi Squidward dan menarikku keluar restoran. Aku sempat melihat Squidward terlalu kaget sampai-sampai mukanya kosong. Atau mukanya memang begitu dari awal, entahlah.
“Nah, ini dia terminalnya.”
“Terima kasih, Spongebob. Kapan kira-kira bus-nya datang?”
Spongebob berpikir, “Aku tidak tahu. Bagaimana kalau kita bikin saja bus-nya?”
“Eh, apa?”
Spongebob lalu mengeluarkan gelembung sabun dan meniupnya. Gelembung yang ditiupnya, entah bagaimana caranya, langsung membentuk sebuah bus besar.
“”Kau...bagaimana...” Aku tak pernah melihat orang yang punya keahlian dengan gelembung sabun sepertinya sebelumnya. Tapi sekali lagi, dia bukan orang.
“Ayo naik,” katanya sambil berbinar-binar.
“Apa? Ini keren, tapi memangnya bisa jalan?”
“Ahahahak!! Tenang saja, aku juga sudah membuat gelembung supir di dalamnya. Jadi kita bisa pergi.”
Benar saja. Di dalam bus itu sudah ada ikan yang menyetir. Dan anehnya, gelembung itu tidak pecah saat kami naik. Apa benar gelembung ini terbuat dari sabun?
Kami lalu duduk di salah satu kursi dan bus itu pun bergerak. Mungkin tidak tepat kalau disebut bergerak, lebih cocoknya....melayang. Bus ini hanya pergi kemana angin tertiup. Aku sempat takut ketika kami naik ke atas, tapi Spongebob menenangkanku.
“Tenang saja. Gelembungku kuat kok. Ahahahahak!!”
“Oke oke, aku percaya padamu.”
“Aku belum tahu bagaimana kau bisa tenggelam?” tanya Spongebob.
“Oh, kapalku tertabrak sesuatu. Katanya sih bukit es. Dan kapal itu terbelah dua dan tenggelam.”
Spongebob mengagguk-angguk. “Ngomong-ngomong soal kapal, saat aku berlatih karate sebelum bertemu denganmu, aku secara tak sengaja membelah dua kapal, ahahahahak!”
Aku melihatnya kaget, “Tunggu, kau bisa membelah kapal?? Dengan tangan sponsmu itu??”
“Ya. Aku bisa membelah apa saja!!”
“Apa kau berada di dekat gunung es ketika kau membelah kapal itu?” tanyaku curiga.
“Ya!! Aku mengira suara kapal adalah Sandy yang sedang mengincarku. Jadi aku bersembunyi di balik gunung es dan menyerang kapal itu. Ternyata terbelah, ahahahak!”
Aku meremas bahunya dengan geram, “Kau...jadi kau penyebab Titanic tenggelam!! Apa kau tahu berapa banyak orang yang tewas gara-gara perilakumu??”
Spongebob terdiam sebentar, lalu dia menjawab, “Tidak. Ahahahahak!”
Bagaimana mungkin dia masih bisa tertawa? Spons ini jelas psikopat. Aku tak berani dekat-dekat dengan dia terlalu lama. Untunglah tak lama kemudian, kami hampir mencapai permukaan. Aku buru-buru keluar dari bus itu.
“Tunggu, aku mau mengantarmu!” seru Spongebob.
“Tidak mau, dasar psikopat sialan!!” Aku menggigit bus itu. Bus itu meledak dan Spongebob terlempar entah ke mana. Aku juga terkena ledakan itu dan terhempas ke arah yang berlawanan.
Kepalaku terbentur sesuatu. Aku tersadar dan buru-buru melihat keadaan sekitar. Aku jelas sudah mengapung di dekat sebuah pelabuhan karena tadi kepalaku terbentur kapal nelayan. Untunglah, akhirnya aku bis bertemu manusia.
“Hai pak...”
Ada suara seseorang memanggilku, tapi aku tak bisa melihatnya.
“Pak, pak, di bawah sini.”
Ternyata dua ekor ikanlah yang memanggilku. Yang satu adalah ikan badut, dan yang satu lagi seekor ikan bewarna biru.
Memang aneh dipanggil oleh ikan, tapi setelah semua kejadian sebelumnya, ini justru terlihat agak normal.
“Ada apa?”
“Apa bapak tahu di mana P. Sherman 42 Wallaby?” kata si ikan badut. “Aku harus mencari anakku, Nemo.”
1 komentar:
baru liat gambarnya aja udah bikin ketawa XD
dua2nya keliatan bahagia gitu... (padahal di ceritanya si jack parno bukan kepalang)
Posting Komentar