Namanya adalah Frank, dan mungkin dia adalah cowok
yang paling sial dalam masalah percintaan.
Sebenarnya Frank bukanlah cowok brengek yang suka
main cewek atau gampang dekat dengan cewek. Tidak, dia adalah cowok baik yang
hampir semua perasaannya tulus terhadap cewek yang disukainya. Hanya saja, dia
bodoh dalam menyikapinya sehingga perasaannya tidak berbalas.
Salah satunya adalah kasus dengan teman sekelasnya
saat SMP. Cewek tidak beruntung itu bernama Dera. Dera termasuk cewek populer
yang hampir semua sekolah tahu. Banyak cowok-cowok yang mendekatinya, termasuk
Frank.
Masalahnya, berbeda dengan cowok lain yang
mendekatinya, Frank hampir tidak punya modal. Misalnya yang lain mentraktirnya
makan bakso di kantin, Frank paling mentok cuma membagi teh botolnya, itupun
dengan gaya sok cuek. Biasalah, masih anak SMP.
Seari-harinya pun mereka hanya mengobrol
sekali-sekali. Dera tidak pernah menganggap Frank teman yang spesial atau
semacamnya. Tapi Frank tidak peduli. Dengan nekad, dia menembak Dera saat perpisahan
di depan semua orang.
Hasilnya tentu saja bisa ditebak. Dera menolaknya
dengan halus supaya Frank tidak merasa sakit hati. Tapi Frank tidak tahu
diuntung, dia malah dengan santainya minta cium sebagai perpisahan terakhir.
Kesabaran Dera habis dan tamparan pun mendarat di pipinya.
Frank tidak belajar dari kesalahannya. Saat dia SMA,
dia kembali suka cewek populer, namanya Lia. Dia katakan pada teman-temannya
kalau dia ingin menembak cewek itu.
“Lia? Serius kau?” kata Zico yang duduk disebelahnya
saat mereka semua makan di kantin.
“Ya seriuslah aku!”
“Tapi, ini Lia lho,” kata Kemal, temannya yang lain
sambil makan bakso, “Cewek populer yang banyak deketin. Hampir gak mungkin!”
“Aku setuju sama Kemal.” Ali disebelah Kemal ikut
nimbrung, “Lagian kenapa tiba-tiba kau pengen nembak Lia?”
“Kemarin waktu ujian matematika, dia sempat minta
petunjuk sama aku. Itu pertanda kan!” kata Frank dengan girang.
“Itu karena kau duduk dibelakangnya...” sahut Zico.
“Tapi kan ada juga teman yang duduk disebelahnya.
Tapi tidak, dia malah minta ke aku! Pasti ada pertanda !”
Kemal geleng-geleng melihat tingkah Frank. Ali
bahkan sampai melakukan facepalm. Tapi sebagai teman, tentu mereka mendukung
Frank.
“Oke, bagaimana kau akan melakukannya?” tanya Kemal.
“Aku sudah tahu kesalahanku saat SMP, aku
menembaknya di depan banyak orang. Dia jadi malu dan sulit untuk menerimaku.”
Ali mengangkat alis, “Jadi?”
“Sekarang aku melakukannya di saat Lia sendiri.
Tanpa ada orang lain disekitarnya. Dengan begitu, kemungkinan aku diterima akan
besar.”
Kawan-kawannya saling memandang, tak terlalu yakin.
“Saat kau bilang sendiri, aku tak pernah menyangka
maksudmu adalah saat dia di kamar mandi!” bisik Zico kepada Frank saat mereka
mengendap-endap ke depan kamar mandi cewek. Kemal dan Ali mengikuti dibelakang.
Mereka tahu ini tidak akan berjalan sesuai keinginan Frank.
“Tenang saja,” kata Frank, “Yang penting kalian
pastikan saja tidak ada cewek lain yang masuk saat aku nembak Lia.”
“Terserah kau saja.” Zico sudah pasrah dengan
kebodohan Frank.
Frank pun masuk ke kamar mandi. Tadi dia melihat Lia
masuk kesini saat bel istirahat berbunyi. Dia sudah memastikan tak ada lagi
orang didalamnya selain Lia. Perlahan dia masuk ke sebelah kamar mandi yang
terisi. Frank gugup, tapi akhirnya mulai berbicara.
“Lia, maukah kau menjadi pacarku?” katanya, sedikit
lebih keras daripada seharusnya. Disebelah, terdengar suara teriakan kaget dan
bunyi air.
“Siapa itu? Cowok? Tolong!! Ada pengintip!!” Lia
mulai berteriak takut.
“Aku bukan pengintip!” kata Frank cepat-cepat, “Ini
Frank!”
“Frank? Mau apa kau di kamar mandi cewek?” Lia mulai
marah.
“Sudah kubilang tadi, maukah kau menjadi pacarku?”
“Tidak! Keluar dari sini!”
“Tapi...”
“Keluar!!” teriak Lia.
Frank dengan lesu keluar dari kamar mandi. Sekali
lagi dia gagal.
Beberapa minggu kemudian, Frank mendapat kabar
mengejutkan. Kemal ingin menembak Annisa, teman sekelasnya yang lain. Tidak mau
gagal seperti Frank, Kemal membuat strategi yang matang agar penembakan ini
sukses.
Frank bertugas untuk membawa salah satu teman Annisa
menjauh sementara Kemal akan menembaknya saat dia sendirian. Yang membuat Frank
senang, teman Annisa yang dimaksud adalah Lia. Ini kesempatan untuk paling
tidak berkomunikasi lagi dengannya. Sejak kejadian di toilet itu, Lia menjauhi
Frank.
Akhirnya tiba hari yang dimaksud. Zico dan Ali sudah
melakukan tugasnya dengan baik. Kini giliran Frank. Dia berjalan ke meja Annisa
dan Lia.
“Hai Lia,” katanya gugup. Lia tidak menjawab.
“Bisakah kau ikut denganku sebentar?”
“Kenapa?” tanya Lia cuek.
“Ngg...” Frank baru sadar kalau dia belum menyiapkan
alasan, jadi dia mengarang dengan cepat, “Ibu kamu meninggal!”
Lia tersentak kaget, tapi tidak berkata apa-apa.
Annisa marah dan menampar Frank, “Ibunya sudah lama meninggal tahu! Apa sih
maksudmu?”
Frank kaget. Dia tidak tahu Lia sudah tidak punya
ibu. Kini dia tidak bisa berkata-kata.
Untungnya, Lia jadi tidak semangat lagi dan pergi
dari meja itu. Frank mengikutinya. Dia bermaksud mengejarnya, tapi Lia langsung
pergi begitu saja, tak menghiraukan Frank. Yah, paling tidak tugas Frank
sukses.
Hanya saja, penembakan Kemal ternyata gagal. Dia
tidak sengaja membuat Annisa tersedak dan membuat cewek itu marah. Mungkin kami
memang sial soal cinta.
Beberapa hari setelahnya, kabar yang lebih
mengejutkan diterima Frank dari Zico dan Ali. Kemal jadian dengan Annisa!
“Tapi dia ditolak saat itu...”
“Ya,” kata Zico, “Dia menembaknya lagi saat
sendirian di kelas dan Annisa menerimanya.”
“Hebat ya dia,” timpal Ali.
Mereka bertiga memang mempunyai masalah yang sama. Ali
dengan Vania dan Zico dengan Vira. Mereka tidak bisa move on dari cewek yang
pernah kami sukai. Saat itu, mereka bertiga entah kenapa seperti bisa mengerti
perasaan satu sama lain.
Frank merasa dirinya tak mau kalah dari Kemal. Jika
dia bisa dengan cara simpel seperti itu, dia juga akan melakukan hal yang sama.
Maka saat bubar kelas, dia menahan Lia agar jangan
keluar kelas dulu. Dia mengatakan akan jujur dengan Lia. Sebenarnya Lia tidak
peduli, tapi dia akhirnya mengalah dan mencoba mendengarkan.
“Aku suka kamu. Memang salahku kemarin saat kejadian
di kamar mandi itu. Tapi itu kulakukan karena aku tak tahu bagaimana cara
menembakmu.”
Lia mengangkat alis, “Kau tidak tahu lagi cara
menembak cewek selain di kamar mandi?”
“Bukan begitu. Hanya saja, aku sulit berpikir dengan
logika jika memikirkanmu. Aku belum pernah merasakan sesuka ini dengan cewek.”
Lia menghela nafas, “Dengar ya Frank. Kau tidak bisa
menembak cewek begitu saja. Kita bahkan tidak terlalu saling kenal. Kau bahkan
tidak tahu tentang orangtuaku. Aku tidak tahu apa kebaikanmu yang bisa
membuatku tertarik. Cinta tak sesimpel itu.”
Frank terdiam.
“Sudah ya. Aku mau pulang.” Lia berbalik dan
meninggalkan kelas.
Frank masih tidak bergerak untuk beberapa saat.
Dalam kasus Kemal, Annisa tidak membuatnya serumit ini. Frank bukannya menyerah
dalam mengejar Lia, hanya saja ini pukulan telak baginya yang selalu menganggap
cinta itu mudah.
Dengan ini, dia makin dewasa. Frank yakin, saat
berikutnya, dia akan mencoba mengenal lebih baik cewek yang disukainya. Saat
berikutnya, dia akan mendapat cewek yang dia idamkan.
baca cerita dari sudut pandang Kemal disini.
0 komentar:
Posting Komentar