(Zico)
Aku menaruh Gundam RX-78 di rak. Itu adalah figurin
Gundam pertama yang kudapat setelah menabung sekian lama. Tentu saja aku kesal
ketika dua orang bodoh itu merusaknya.
Kubetulkan posisinya beberapa kali sampai aku yakin
dia sudah terlihat gagah. Setelah itu, aku berpaling ke bagian-bagian Gundam
Strike Freedom yang masih berserakan di lantai. Aku tidak sempat
menyelesaikannya karena Pak Moes tiba-tiba muncul dari kamar mandiku dan
membuatku hampir terkena sakit jantung.
Aku terlalu lelah untuk melanjutkannya. Aku
berbaring ke tempat tidur dan mencoba memikirkan semua hal aneh yang terjadi
hari ini.
Pertama, Pak Moes yang kukenal namanya sebagai warung
mie goreng tiba-tiba muncul di kamar mandi dan memberiku kekuatan super. Aneh.
Kedua,aku dan empat orang yang belum terlalu kukenal
tiba-tiba harus melawan orang-orang berkekuatan super juga dan kini harus
menyelamatkan dunia. Lebih aneh.
Tapi yang memenuhi kepalaku adalah saat Pak Moes
menyebut nama Tori. Cinta pertamaku.
Saat itu juga aku terbayang ke masa lalu. Saat aku
pertama kali melihatnya. Aku sekelas dengan dia di tahun-tahun pertama kuliah.
Awalnya biasa saja, tapi makin lama kami makin dekat karena sering mengobrol
dan berdiskusi dalam satu kelompok.
Lalu aku melakukan kesalahan itu. Kesalahan besar. .
.
“Kesalahan apa?”
“AAHH.” Aku kaget sampai terjatuh dari tempat tidur.
“I...ini aku, Niko.”
“Niko?” Aku melihat ke sekeliling kamarku, “Dimana
kau?”
“Ngg, aku disini.”
“Dimana??”
“Oh ya ampun, aku tidak kelihatan? Sebentar.”
Sesaat kemudian, Niko terlihat sedang berdiri di
depan pintu kamarku dengan muka bersalah. “Maaf, aku belum terlalu bisa
mengendalikan kekuatanku. Eh, tapi kenapa kau bisa mendengarku, aku cukup yakin
kalau aku menghilang suaraku tak bisa didenga. . .”
Aku memotong kata-kata, “Apa yang kau lakukan
disini?”
“Oh, anu begini, aku ingin numpang menginap malam
ini.”
“Kenapa?”
“Rumahku sudah dikunci dan aku tidak bisa masuk. Lalu
aku melihatmu di jalan. Jadi aku mengikutimu ke sini. Ibumu bilang langsung
naik aja.”
Kurasa ibuku terlalu akrab dengan orang asing. “Ya
sudahlah, kau bisa tidur di bawah. Biar kubereskan sebentar.”
“Robot yang keren. . .” kata Niko sambil bantu membereskan.
“Ini bukan sekedar robot,” kataku tersinggung, “ini
Gundam Strike Freedom. Gundam milik Kira Yamato yang didesain untuk lebih
menyerang daripada bertahan. Kau tahu kan, Kira itu payah dalam menyerang.
Karena itu, dia mempunyai EQFU-3X Super
DRAGOON Mobile Weapon Wing. . .”
“Oke oke, dia adalah robot
yang hebat. . .” potong Niko.
Aku sedikit merengut, tapi
memang percuma bicara Gundam dengan orang yang tidak mengerti, mereka pasti
bingung betapa rumitnya dunia Gundam. Mungkin karena itu juga aku sulit
mendapat pacar. Yah, kecuali Tori. . .
“Jadi. . .kesalahan apa?”
“Hah?”
“Yah, saat aku masuk, kau
menggumam tentang kesalahan. . .”
“Kau mendengarnya? Aku kan
memikirkan itu dalam hati.”
“Sebenarnya, kau bicara
cukup keras seperti orang yang sedang merapal mantra.”
Aku bersandar ke dinding,
menghela nafas. Jika Niko akan menjadi teman dalam tim, kurasa aku sebaiknya
jujur saja.
“Aku memikirkan Tori,”
kataku.
“Tori? Aku dengan Pak Moes
menyebut namanya ketika membujukmu. Siapa dia?”
Kuhela nafas, “Dia. . .mantanku.”
Niko diam. Kurasa dia
tidak biasa menghadapi situasi seperti ini. Aku melanjutkan bicara.
“Dia cantik sekali. Aku
selalu membayangkannya sebagai MS Girls.”
“MS apa?”
“MS Girls. Cewek yang
memakai armor gundam. Ah sudahlah. Intinya, kami sangat mesra. . . sampai
kejadian itu.”
Niko menunggu sebentar.
“Kejadian apa?”
Untuk sesaat aku mau
menceritakan peristiwa itu, tapi kemudian aku berubah pikiran. Aku masih merasa
bersalah. “Pokoknya, sekarang aku dan dia putus. Kami sudah tidak bertemu
sangat lama. Makanya aku kaget tiba-tiba Tori ikut turnamen bunuh-bunuhan itu.”
“Hoo,” Niko
mengangguk-angguk. “Jadi, dimana dia sekarang?”
“Entahlah, tapi yang jelas
dia tidak akan muncul di depan pintu rumahku kan? Hahaha.”
Aku dan Niko tertawa
sejenak, sampai tiba-tiba ibuku masuk ke kamar, “Zic, ada si Tori tuh di depan
pintu rumah.”
Untunglah kau tidak
melihat ekspresiku ketika ibuku membawa kabar itu. Mulutku terbuka sangat lebar
sampai-sampai mungkin aku bisa memasukkan satu gundam ke sana.
Seharusnya aku senang jika
itu benar-benar Tori, sudah lama sekali kami tidak bertemu. Tapi justru
sekarang aku sengat nervous.
“Yee kok diam. Sana pergi,
kasian cewek nunggu malam-malam,” kata ibuku.
“A...apa aku harus ikut?”
tanya Niko.
“Tidak.” Aku berdiri dan
pergi ke luar. Selama berjalan ke depan, aku menghirup nafas dalam-dalam untuk
menghilangkan ketegangan.
Aku sudah mengalahkan
orang berotot dan orang yang bisa meledakkan banyak hal malam ini. Tentu saja
menghadapi sati cewek akan lebih mudah.
Aku salah. Ketika aku
melihat Tori tersenyum menungguku, rasanya badanku jadi lemas. Itu memang dia.
Aku tak sadar betapa rindunya aku dengannya.
“Hai,” sapa Tori.
“Ha. . hai.” Aku tak
menyangka bisa sesusah ini untuk berbicara.
“Kau. . .masih ingat aku
kan?”
“Tentu! Tak ada seharipun
aku melupakanmu!”
Tori tersenyum. Hatiku
berbunga-bunga.
“Apa kau sudah tahu soal .
. .turnamen?”
Suasana ceria dalam hatiku
langsung padam. “Ternyata benar kata Pak Moes. Kau ikut turnamen itu juga.”
“Ya, apa kekuatanmu?”
“Hmm? Oh, kekuatanku. .
.kekuatanku adalah merubah figurin menjadi robot.”
Tori mengangguk-angguk,
“Cukup bagus. Inilah kekuatanku.”
Dia mengeluarkan sebuah
lipstik dari tas tangannya.
“Lipstik?” tanyaku, “Tak
begitu menakutkan.”
Lalu dengan sekali
sentakan, sebuah laser pedang keluar dari lipstik itu seperti di film Star
Wars. Ujung pedangnya membakar dinding rumahku.
“Wow wow!” kataku kaget.
“Inilah kekuatanku,
mengubah lipstik menjadi laser. Dan panjang laser ini bisa berubah tergantung
kemauanku. Dan laser ini bisa memotong robotmu dengan mudah.”
Kami saling bertatapan
untuk sesaat. Lalu aku memecah suasana hening ini, “Apa yang ingin kau bilang?”
“Aku ingin bilang kalau
kau ikut turnamen itu, kau akan mati.” Tori mengembalikan laser itu menjadi
lipstik. “Timku penuh dengan orang-orang yang lebih kuat dariku. Jika kau
berhadapan dengan mereka, kau tak akan selamat.”
Di satu sisi, aku tahu dia
serius. Tapi di sisi lainnya, aku tak suka cara bicaranya.
“Kau pikir aku lebih lemah
darimu? Itu yang mau kubilang?” tanyaku menantang.
“Kau salah sangka. Aku
justru masih peduli. Bahkan setelah kejadian itu. . .”
“Jangan!” kataku mencoba
menahannya, tapi Tori sudah terlanjur bicara.
“Bahkan setelah kau diare
dan bolak-balik di kencan pertama kita, tapi aku masih peduli. Ilfil memang,
tapi peduli.”
Mukaku memerah mendengar
peristiwa itu diucapkan lagi. Itulah kenapa kau tidak boleh makan pedas-pedas
sebelum kencan.
“Aku hanya bilang itu.
Sisanya terserahmu,” kata Tori. Dia kemudian berbalik pergi. Aku bahkan tidak
bisa berkata apa-apa.
Saat aku ingin kembali ke
kamar, aku melihat Niko berdiri menguping selama ini.
“Seriuslah, jadi kejadian
yang kau sebut-sebut itu ternyata masalah diare.” Niko terlihat sekali menahan
tertawa.
“Bilang sama yang lain,
dan akan kuhajar kau pakai Gundam-ku.”
Malam itu, aku sangat
sulit tidur. Sementara Niko mendengkur pelan di sampingku, aku terus memikirkan
kata-kata Tori. Turnamen ini mungkin lebih berbahaya daripada yang kupikir.
Bersambung. . .
Bersambung. . .
0 komentar:
Posting Komentar