Jika Hidupku Adalah Iklan
Aku berada di final kejuaraan dunia gulat. Lawanku adalah pegulat kembar yang memiliki badan besar dan memakai topeng. Kenapa aku melawan dua orang? Aku sendiri tidak tahu, yang jelas sekarang kondisiku sedang kritis. Dua pegulat itu silih berganti menyerangku. Saat aku merasa kekalahan sudah di depan mata, seorang gadis dengan celana kependekan melompat ke dalam ring. Para penonton bersorak kaget. Pegulat kembar itu mengehentikan serangan mereka dan aku selamat. Siapakah dia? Apa dia adalah bidadari penyelamat? Tiba-tiba dua lawanku tadi berdiri di belakangnya, dan mereka bertiga melakukan tarian aneh. Sambil maju ke depan, mereka membuka-buka kaki mereka, memutar-mutar tangan sambil teriak :
"TORI TORI TORI! TORI CHEESE CRACKER!!"
"Aaaahhhhhh!!!" Aku terbangun dari mimpi yang aneh itu. Belum hilang rasa kagetku, seseorang berteriak di kupingku, "Kamu berhasil! Kamu berhasil!"
Ada banyak orang di kamarku, dan aku tidak kenal mereka semua. Salah satu dari mereka memberi aku Pop Mie. Aku menerimanya dengan kebingungan.
"Ka, kalian siapa?" tanyaku gagap, "Siapapun kalian, keluar dari kamarku!!" Mereka semua keluar tanpa perlawanan. Sangat aneh rasanya mengawali hari seperti ini. Kuhabiskan Pop Mie tadi dan langsung pergi mandi. Tentu saja tak lupa sabunan sama shampoan. Lalu aku beranjak ke westafel untuk gosok gigi. Lagi enak-enak gosok, tiba-tiba ada suara dari sebelahku.
"Gosok gigi tuh harus bersih. Kalau gak, sisa-sisa ayam kamu tadi malam akan jadi monster!"
"Hah? Situ siapa?"
"Aku Ayah Adi, dan kamu Dika kan?"
"Bukan! Aku Kemal! Siapa sih? Keluar sana!" Heran, hari ini banyak banget orang yang masuk ke kamarku.
Kulihat jam, ternyata udah jam 7 aja. Setengah jam lagi sekolah udah mulai. Jadi aku buru-buru naik motor ke sekolah. Rumah ke sekolah lumayan jauh jadi aku agak ngebut. Kalau kukira-kira, dengan kecepatan segini kayaknya bakal sampai di sekolah sekitar 5 menit sebelum masuk. Siip lah.
Aku udah sampai di perempatan dekat sekolah 10 menit sebelum sekolah mulai, semua sesuai rencana. Aku berhenti di lampu merah dengan hati agak tenang. Tiba-tiba aja helm-ku diambil sama pengemudi motor disampingku, terus ...dimakan! Terpana aku melihat helm-ku kini terbentuk di perutnya. Belum sempat aku berkata, lampu udah hijau lagi dan pengendara-motor-pemakan-helm itu langsung pergi. Langsung aja kukejar. Tapi maksud hati memeluk gunung, apa daya tanganku buntung, ada polisi yang lihat aku naik motor tanpa helm dan jelas aja ditilang. Helm hilang, sampai sekolah telat karena ngurus tilang. Sial banget hari ini.
Sempet dimarahin saa guru dan penjaga gerbang, aku pun diperbolehkan masuk kelas. Saat itu jam Fisika, pelajaran terkutuk yang sangat kubenci karena aku gak ngerti sama sekali. Dan hari ini pelajarannya makin rumit aja. Aku mengangkat tangan untuk bertanya pada guru. "Pak, rumus ini maksudnya gimana sih?"
Dia mendekat, dan bukannya jelasin dia malah bilang, "Cari di internet dong! Gak tau internet ya? Ndeso!!" Wow, betul-betul guru yang bijaksana. Kesel, aku jadi males perhatiin pelajaran lagi. Aku SMS-an diam-diam sama pacarku yang lain sekolah, cuma buat menghabiskan waktu aja.
Temen sebelahku melihat tingkahku itu. "Lagi ngapain Mal?"
"Lagi SMS." jawabku dengan suara pelan.
"SMS?"
Tiba-tiba semua orang seperti terhipnotis. Mereka menatapku dengan pandangan kaget. Ada apa ini? Apa ada yang salah? Lalu seperti dikomando, semua orang mengeluarkan sebuah sosis dari kantong mereka dan bernyanyi :
"Ayo kita SMS! Semuaaaaa Makan So Nicee!"
Cuma aku yang tampak beda di kelas itu. Masih terheran-heran, temanku menepuk pundakku, "Ujungnya aja enak, apalagi tengahnya!"
Apa maksudnya itu? Jangan-jangan mereka sudah gila. Nyanyian mereka makin keras saja, "S-M-S, Semua Makan So Nice! S-M-S, SEMUAAAA MAKAN SO NICEEE!" Lalu mereka berhenti dan duduk kembali. Pelajaran kembali berlangsung seakan-akan tidak terjadi sesuatu yang aneh.
Karena stress, aku lari histeris keluar kelas dan pulang ke rumah. Aku menghabiskan hariku dengan mengunci diri di dalam kamar.
Itu ceritaku, apa ceritamu?
Jika Hidupku Adalah Sinetron
Alarm hapeku berbunyi, aku menyetelnya tepat jam setengah 8 karena aku harus kuliah sejam kemudian.
Mungkin karena masih sangat ngantuk, aku hanya mematikan alarmnya tanpa benar-benar terbangun. Ketika aku akhirnya sadar, aku melihat ke arah jam, ternyata sudah jam 8.15!! Sebentar lagi kelas dimulai.
Aku menyiapkan diri dengan tergesa-gesa, lalu langsung keluar kamar. Ibu Kos (yang baru bangun tidur, tapi udah pake makeup) heran melihat tingkahku, lalu dia bertanya, "Kemal, kenapa kok buru-buru?"
"Saya telat kuliah Bu!"
"APA!" Jeng Jeng! (muka si ibu kos di zoom)
Jeng Jeng! (Mukaku di zoom)
"Kalau gitu, cepetan pergi!" kata si Ibu.
"Lha ini emang ngapain?" Aku buru-buru lari ke garasi buat ambil motor. Di jalan, aku memacu motorku kencang-kencang supaya bisa masuk kelas tepat waktu.
Di tengah jalan, aku ngeliat ada cewe mau nyebrang, tapi masih 50 meter di depan. Si cewe ngeliat motorku yang melaju ke arahnya. Eh bukannya buru-buru nyebrang, dia malah teriak sambil tetep berdiri di tengah jalan.
"Mbak, minggir mbak!!"
"AAHHHH!!" teriaknya sambil tutup mata. Di saat-saat terakhir aku berhasil membelokkan motorku sehingga hanya menyerempet sedikit, walaupun dia tetap terjatuh karenanya.
"Aduh, ganti rugi!!" teriaknya.
"Ganti rugi? Mudah-udahan situ ketabrak truk nanti!!" balasku sambil terus melaju meninggalkannya. (Si cewe melihat ke arah kamera sambil senyum-senyum jahat dan membatin), "Dia kira akan lolos begitu aja. Aku akan melakukan semua cara agar dia ganti rugi."
Sampai di kampus, aku lari-lari ke kelas. Karena terburu-buru, aku menabrak cewe dan bukunya terjatuh ke lantai.
"Maaf ya, sini aku bantu."
Ternyata kami berdua mengambil buku yang sama berbarengan sehingga tangan kami bersentuhan. Lalu keadaan menjadi slow motion. Aku melihat dia. Dia melihat aku. Kami lihat-lihatan.
Dia lalu senyum-senyum malu. Aku membatin (masih tetap dalam slow motion), "Ini cewe cakep banget ya.."
"Maaf, buku saya.." katanya.
Aku baru sadar kalau aku yang memegang bukunya, lalu dengan malu kuberikan pada dia. "Maaf ya...nggg namanya siapa ya?"
"Aku Citra"
"Oh, aku Kemal"
Dia mengambil bukunya dari tanganku, "Makasih ya Kemal," Dia lalu beranjak pergi. Aku buru-buru bilang, "Citra, boleh aku tau nomor hapemu?"
Dia melihatku lagi sambil tersenyum, "Boleh."
Setelah memberikan nomor hapenya, dia pergi. Aku senyum-senyum sendiri, inikah namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Atau jauh cinta pada tabrakan pertama?
Lalu aku sadar hal yang sangat penting, mampus aku telat masuk kelas!!
Aku kembali lari-lari lagi ke kelas. Sampai disana, dosen tak mengizinkanku masuk. "Jangan masuk! Sekarang kau juga sudah tidak bisa ikut ujian!"
Tiba-tiba saja turun hujan, dan aku berlari ke luar. Sambil basah-basahan, aku berlutut dan teriak, "KENAPAAAA???"
Pulangnya, aku masuk angin.
Jika Hidupku Adalah Sinetron Laga
Matahari sudah terbit. Dengan sedikit malas, aku bangun dari tempat tidurku. Kicauan burung dan angin pagi langsung menyegarkanku. Aku memang tinggal di daerah pegunungan, makanya udara paginya sangat segar.
Aku beranjak ke dapur, disana ibuku sedang memasak. Baru aja duduk, ibuku sudah minta tolong.
"Nak, tolong ke pergi ke pasar ya. Beliin tomat sama cabe."
"Ah, males nih Bu."
Tangan ibuku sudah mulai bersinar, ini berarti dia marah dan mau mengeluarkan tenaga dalamnya. Ibuku memang dulu adalah salah satu pendekar terkuat di kampung kami. Aku pun segan melawannya dan buru-buru keluar.
"Doggi, ayo kita pasar." kataku pada elang raksasa peliharaan kami. Kenapa elang diberi nama doggi aku pun tidak tahu. Ayahlah yang memberinya nama. Sekarang ayahku masih bertapa di bawah air terjun dan sudah setahun belum pulang. Katanya dia mau mengikuti jejak pertapa Toyib dengan bertapa selama 3 kali puasa 3 kali lebaran.
Aku melompat ke atas Doggi, "Berangkat!"
Doggi langsung mengepakkan sayapnya dan terbang. Dalam sekejap saja kami sudah sampai di pasar. Doggi kuikat di parkiran elang. "Tunggu sebentar ya." kataku.
Aku berkeliling mencari pesanan ibuku. Saat aku mau membayar belanjaannya, aku baru ingat kalau ibu lupa memberiku uang tadi, dan aku juga tidak membawa dompet.
"Kenapa Dek?" tanya mbak penjual.
"Ini Mbak, saya lupa bawa uang." kataku sambil merogoh-rogoh kantong, mana tahu ada uang yang terselip.
Tiba-tiba saja ada asap keluar dari lantai di dekatku. Pertama aku bingung, lalu dari asap itu keluarlah ibuku. Ternyata ibuku menggunakan jurus teleportasinya. "Dasar," katanya sambil menyerahkan uang, "Kenapa gak minta uang dulu?" Setelah aku mengambil uangnya, dia menghilang lagi. Dalam hati aku berpikir, kalau dia bisa jurus teleportasi, kenapa gak dia aja yang kesini?
Aku pun membayar lalu langsung pergi ke Doggi untuk pulang.
Di tengah penerbangan, aku mendengar suara minta tolong di dalam hutan. Suara wanita. Maka aku langsung membelokkan elangku.
Sampai disana, aku mencari-cari siapa gerangan yang minta tolong tadi. Tidak ada orang. "Toloongg!!" Suara itu terdengar lagi, dari arah sekitar danau. Aku bergegas kesana.
Ternyata yang meminta tolong adalah seekor ikan yang berada dalam ember. "Tolong aku, Pak Haji akan segera kembali dan menggorengku." Aku tak tahu bagaimana seekor ikan bisa berbicara padaku. Mulutny hanya mangap-mangap, tapi suaranya terdengar begitu jelas. Aku lalu mengembalikan ikan itu ke danau.
"Terima kasih." katanya, sambil mangap-mangap. Lalu dia menghilang ke dalam danau.
Tepat setelah itu, muncullah Pak Haji sambil membawa kompor gas. Pak Haji berpakaian putih putih, pakai peci di kepala dan tasbih di tangannya. Begitu dia melihat embernya kosong, dia menatap murka kepadaku.
"Dimana makananku?"
"Dia bukan makan Pak, ikan itu bisa berbicara!" elakku.
"Jangan banyak alasan! Kau telah menghilangkan sarapanku!" Dia lalu memegang tasbihnya, menutup mata, dan berkomat-kamit baca doa. Tubuhnya mulai bersinar. Tiba-tiba saja sinar itu melesat ke arahku dan menubrukku dengan sangat menyakitkan.
"Agghh!!" aku terlempar sejauh 3 meter ke belakang. Serangan berikutnya akan datang, aku pun langsung memakai jurus melayangku untuk melompat ke dahan pohon. Tapi ternyata Pak Haji juga bisa jurus itu. Dia ikut melompat dan mengeluarkan jurus sinar itu lagi. Kali ini aku mampu mengelak dengan sangat pas-pasan.
Aku kembali ke tanah. Pak Haji sudah berada di dekatku. Tapi aku terselamatkan dengan datangnya seorang ibu-ibu. "Pak, ada pengajian di rumah saya. Bapak jadi penceramahnya ya" katanya.
Bingung, Pak Haji akhirnya lebih memilih pengajian. "Kali ini kau kumaafkan," katanya. Setelah itu dia dan ibu itu menghilang.
Sial sekali aku, kesakitan begini cuma karena seekor ikan. Lalu entah bagaimana, muncul seorang wanita cantik dari dalam danau.
"Aku adalah ikan yang kamu tolong tadi. Sebenarnya aku adalah putri kerajaan yang sedang mencari pasangan. Dan kamulah orang yang paling tepat."
Aku yang masih bingung pun berkata keren, "A..a..aku?"
"Ya. Kamu membelaku padahal aku hanyalah seekor ikan. Kamu pasti akan menjadi suami yang baik."
Dia lalu memegang tanganku, dan tiba-tiba saja kami sudah berada di sebuah istana yang sangat megah. Ibuku juga ada disana, sama bingungnya sama aku. Tapi tentu saja kami bergembira. Setelah itu, kami hidup bahagia selama-lamanya.
(Tamat)
_____________________________________________________________________________________________
Epilog
Doggi masih menunggu majikannya di hutan. Lalu dia bertemu Pak Haji. Pak Haji tersenyum dan membatin, "Elang ini bisa jadi makan malamku."
0 komentar:
Posting Komentar